Ayat dan Hadits tentang Ilmu Pengetahuan

dan Penciptaan Alam Semesta

  

Disusun Oleh :

Jauharotul Munawaroh

Nailal Khusnah

Moch Fajar Arif Tri H

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Alquran merupakan wahyu dari Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., untuk dijadikan pedoman hidup bagi umat manusia. Di dalam Alquran terdapat berbagai ayat mulai dari ayat tentang alam sebelum dunia, alam dunia, dan alam setelah dunia, ayat-ayat itu sebagai petunjuk bagi manusia untuk berfikir, berfikir untuk meneliti apa tujuan ayat itu diturunkan.

Manusia diciptakan oleh Allah dan diberi akal kepadanya tidak lain adalah agar manusia berfikir terhadap berbagai kejadian atau fenomena yang terjadi di muka bumi ini sehingga manusia mengenal berbagai macam tanda-tanda kebesaran Allah. diantaranya alam semesta beserta isinya bukanlah realitas-realitas melainkan tanda-tanda kebesran-Nya. Allah menciptakan fitrah yang bersih dan mulia itu lalu melengkapinya dengan bakat dan sarana pemahaman yang baik yang memungkinkan manusia mengetahui kenyataan-kenyataan besar di alam raya ini. Fitrah manusia mukmin mengarah ke alam raya untuk mengungkap rahasia dan tujuan penciptaannya serta berakhir dengan memahami posisi dirinya di alam raya ini dan menentukan bagaimana ia harus berbuat dan bersikap di dalamnya.

Alam yang kita tempati ini sangat luas dan terbentang yang merupakan bangunan solid, memiliki pergerakan yang teratur dan tertata rapi dalam setiapurusannya. Sebagai makhluk yang diberi akal dan pikiran, manusia dituntut untuk berpikir serta menggali ilmu karena Islam sendiri telah mewajibkan untuk menuntut ilmu pengetahuan dan penciptaan alam semesta ini. Berbicara tentang Ilmu Pengetahuan dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ada persepsi bahwa Al-Qur’an itu adalah kitab Ilmu Pengetahuan. Sekarang ini semua teknologi sudah canggih, dunia membuktikan dengan banyaknya temuan-temuan terkini yang ternyata semuanya sudah terdapat dalam Al-Qur’an. Penafsiran Al-Quran sendiri seolah tidak pernah selesai, karena setiap saat bisa muncul sesuatu yang baru, sehingga Al-Quran terasa selalu segar karena dapat mengikuti perkembangan zaman.

Demikian pentingnya mengetahui ilmu pengetahuan dan penciptaan alam. Oleh karena itu pemakalah ingin membahas tentang ayat dan hadist tentang ilmu pengetahuan dan penciptaan alam semesta dalam islam.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa saja teori-teori tentang penciptaan alam semesta?

2.      Bagaimana prespektif islam tentang ilmu pengetahuan?

3.      Bagaimana proses penciptaan alam semesta dalam Islam?

4.       Apa saja ayat Al- Qur’an dan hadits yang mengenai tentang ilmu pengetahuan dan penciptaan alam?

5.      Apa Urgensi ilmu pengetahuan dan Penciptaan Alam semesta?  

 

C.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui apa saja teori-teori tentang penciptaan alam semesta

2.      Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan dalam islam

3.      Untuk mengetahui pengertian penciptaan alam semesta dalam islam

4.       Untuk mengetahui ayat dan hadist tentang ilmu pengetahuan dan penciptaan alam

5.      Untuk mengetahui Urgensi ilmu pengetahuan dan Penciptaan Alam semesta

 

 

 

BAB I

PEMBAHASAN

A.      Teori-Teori tentang Penciptaan Alam Semesta

Ilmu pengetahuan semakin lama semakin berkembang hingga akhirnya ditemukan sebuah metode baru yang menganggap bahwa asal mula kehidupan termasuk problema sains. Artinya, bahwa peristiwa itu termasuk wilayah ilmu pengetahuan alam. Tetapi kendati teori tentang asal mula kehidupan itu telah ada, dan fakta-faktanya telah diatur secara sistematik, namun yang jelas bahwa adanya alam semesta tidak timbul dengan sendiriny yang menciptakannya.

Dahulu, sebelum diketemukan teori tentang asal usul alam raya para pakar mengatakan bahwa alam semesta tidak terhingga besarnya, tak terbatas, dan tak berubah status totalitasnya dari waktu kewaktu tak terhingga lamanya dari waktu lampau sampai waktu tak terhingga lamanya dimasa yang akan datang. Hal ini berlandaskan pada hukum kekekalan masa yang mereka yakini. Yaitu secara umum dikatakan bahwa alam ini kekal dan nyata tidak mengakui adanya penciptaan alam. Pada tahun 1929 terjadi pergeseran pandangan di lingkungan para ahli tentang penciptaan alam dengan menggunakan teropong besar Hubble melihat galaksi – galaksi yang tampak menjahui galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan galaksi kita. Penemuan inilah yang mengawali perkembangan teori tentang asal usul terjadinya jagat raya, yakni:

1.      Teori kabut nebula

Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula)

 Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a         Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.

b        Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.

c         Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.

2.      Teori pasang surut gas

Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi).

Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang besar itu.Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.


Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita, pendinginan berjalan relatif lebih cepat.

 

3.       Teori Keadaan Tetap

Teori ini berpendapat bahwa materi yang hilang melalui resesi galaksi-galaksi, karena pengembungan alam yang berlangsung terus menerus digantikan oleh materi yang baru saja tercipta sehingga alam semesta yang terlihat tetap berada dalam keadaan tidak berubah (stady state), artinya bahwa materi secara terus menerus tercipta diseluruh alam semesta. Teori ini sama sekali tidak menyebut peristiwa awal yang bersifat khusus pada waktu atau ruang. Tidak ada awal maupun akhir karena materi diperbarui secara terus menerus di satu tempat sementara di tempat lain dihancurkan.

4.       Teori Big Bang

Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa big bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Sebelum big bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, dimana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu.

Menurut teori The Big Bang alam ini beserta matahari, bintang-bintang, dan galaksi-galaksinya dahulunya adalah satu atom besar yang meledak. Dari ledakan ini terjadilah bintang-bintang. Lalu bintang-bintang itu mulai menjauh, sementara alam senantiasa meluas dan menjauh.

Teori The Big Bang adalah teori yang paling umum dianut tentang asal mula alam semesta yang terbentuk dari sebuah ledakan besar (Big Bang) yang terjadi sekitar 10-20 miliar tahun silam. Pada mulanya, alam semesta terdiri atas sebuah bola api padat sangat panas yang terbentuk dari gas yang mendingin dan meluas. Setelah sekitar sejuta tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat menjadi gumpalan yang disebut protogalaksi. Dalam 5 miliar tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat dan membentuk galaksi tempat lahirnya bintang. Miliaran tahun kemudian, yaitu masa sekarang keseluruhan alam semesta terus meluas.

Menurut teori The Big Bang alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol. Ledakan yang luar biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta muncul dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada.

5.       Teori Osilasi

Teori osilasi berpendapat bahwa terdapat suatu siklus di jagat raya. Setiap siklus mengalami satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus diperkirakan berlangsung selama 30 milyar tahun, dalam masa ekspansi terbentuklah galaksi dan bintang-bintang di dalamnya. Ekspansi ini diakibatkan oleh adanya reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya membentuk unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa kontraksi, galaksi-galaksi dan bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan unsur-unsur yang telah terbentuk tersebut menyusut dengan mengeluarkan energi berupa panas yang sangat tinggi. Hal ini dikenal juga dengan nama oscillating theory. 

            Teori osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal dan tidak ada akhirnya. Sekarang alam semesta tidak konstan, melainkan berekspansi yang dimulai dengan big bang, kemudian beberapa waktu yang akan datang gravitasi mengatasi efek ekspansi ini sehingga alam semesta akan mulai collapse. Akhirnya mencapai titik koalisensi asal dimana temperatur dan tekanan tinggi akan memecahkan semua materi ke dalam partikel-partikel elementer sehingga terjadi dentuman besar baru dan ekspansi mulai lagi.

 

B.     Prespektif islam tentang ilmu pengetahuan

Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki.[1]

Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah SWT berfirman :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَاَلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (الزمر:

 

Artinya:  “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9)

 

Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri dan manfaat dan keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu.[2]

Ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala hal yang dapat diindera oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran, perasaan dan keyakinan) melalui akal atau proses berfikir (logika). Ini adalah konsep umum (barat) yang disebut (knowledge). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan formula yang disebut ilmu pengetahuan  (science). Dalam Al-Qur’an, keduanya disebut (ilmu).

Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang dimaksud ilmu itu tidak terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (sience) saja, melainkan justru diawali oleh ilmu Allah yang dirumuskan dalam lauhil mahfudzh yang disampaikan kepada kita melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Bila diikuti jalan fikiran ini, maka dapatlah kita fahami bahwa Al-Qur’an merupakan sumber pengetahuan manusia (Knowledge dan science). Dengan membaca dan memahami Al-Qur’an, manusia pada hakekatnya akan memahami ilmu Allah, yaitu firman-firman-Nya

Jadi berdasarkan fakta-fakta yang ada dan apa-apa yang terkandung dalam al-qur’an, kita dapat membulatkan pernyataan bahwa ilmu  yang dimiliki oleh manusia dan yang wajib dituntut oleh manusia, semua berporos pada agama. Agama yang menjunjung tinggi peran akal dalam mengenal hakikat segala sesuatu. Begitu pentingnya peran akal, sehingga bahkan dikatakan bahwa tak ada agama bagi orang yang tak berakal, dengan akal yang telah sempurna itulah maka Islam diturunkan ke alam semesta. Melalui akal, manusia dengan proses berfikir berusaha memahami berbagai realita yang hadir dalam dirinya, sehinga manusia mampu menemukan kebenaran sesuatu, membedakan antara haq dan bathil. Sehingga dapat dikatakan bahwaakal dan kemampuan berpikir yang dimiliki manusia adalah fitrah manusia yang membedakannya dari makhluk yang lain.[3]

Dengan melihat uraian sebelumnya ,nampak jelas bagaimana kedudukan ilmu dalam ajaran islam . AL qur’an telah mengajarkan bahwa ilmu dan para ulama menempati kedudukan yang sangat terhormat, sementara hadis nabimenunjukan bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Dari sini timbul permasalahan apakah segala macam Ilmu yang harus dituntut oleh setiap muslim dengan hukum wajib (fardu), atau hanya Ilmu tertentu saja ?. Hal ini mengemuka mengingat sangat luasnya spsifikasi ilmu dewasa ini .

Pertanyaan tersebut di atas nampaknya telah mendorong para ulama untuk melakukan pengelompokan (klasifikasi) ilmu menurut sudut pandang masing-masing, meskipun prinsip dasarnya sama ,bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Syech Zarnuji dalam kitab Ta’liimu AL Muta‘alim (t. t. :4) ketika menjelaskan hadis bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim menyatakan :

“Ketahuilah bahwa sesungguhya tidak wajib bagi setiap muslim dan muslimah menuntutsegsls ilmu ,tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu perbuatan (‘ilmu AL hal) sebagaimana diungkapkan ,sebaik-baik ilmu adalah Ilmu perbuaytan dan sebagus –bagus amal adalah menjaga perbuatan”.

Kewajiban manusia adalah beribadah kepeda ALLah, maka wajib bagi manusia(Muslim ,Muslimah) untuk menuntut ilmu yang terkaitkan dengan tata cara tersebut ,seprti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji ,mengakibatkan wajibnya menuntut ilmu tentang hal-hal tersebut . Demikianlah nampaknya semangat pernyataan Syech Zarnuji ,akan tetapi sangat di sayangkan bahwa beliau tidak menjelaskan tentang ilmu-ilmu selain “Ilmu Hal” tersebut lebih jauh di dalam kitabnya.

Sementara itu Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan Ilmu dalam dua kelompok yaitu 1). Ilmu Fardu a’in, dan 2). Ilmu Fardu Kifayah, kemudian beliau menyatakan pengertian Ilmu-ilmu tersebut sebagai berikut :

“Ilmu fardu a’in . Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui ilmu fardu a’in “ (1979 : 82)

“Ilmu fardu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam menegakan urusan duniawi “ (1979 : 84)

Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu a’in ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup dalam rukun Islam, sementara itu yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmu politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapat membantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia.

Klasifikasi Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang membagi kelompok ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :

1. Ilmu yang merupakan suatu yang alami pada manusia, yang ia bisa menemukannya karena kegiatan berpikir.

2. Ilmu yang bersifat tradisional (naqli).

bila kita lihat pengelompokan di atas , barangkali bisa disederhanakan menjadi 1). Ilmu aqliyah , dan 2). Ilmu naqliyah.

Dalam penjelasan selanjutnya Ibnu Khaldun menyatakan :

“Kelompok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmmah dan falsafah. Yaituilmu pengetahuan yang bisa diperdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan indra—indra kemanusiaannya ia dapat sampai kepada objek-objeknya, persoalannya, segi-segi demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga penelitian dan penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan yang salah, sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir. Kedua, ilmu-ilmu tradisional (naqli dan wadl’i. Ilmu itu secara keseluruhannya disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi syara “.

Dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun merujuk pada ilmu yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari al qur’an dan sunnah Rasul.

Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi ke dalam tiga kelompok menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : 1). Al manqulat, 2). Al ma’qulat, dan 3). Al maksyufat. Adapun pengertiannya sebagaimana dikutif oleh A Ghafar Khan dalam tulisannya yang berjudul “Sifat, Sumber, Definisi dan Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Syah Waliyullah” (Al Hikmah, No. 11, 1993), adalah sebagai berikut :

1). Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.

2). Al ma’qulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.

3). Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif

Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok yaitu : 1). Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi, empiris, konseptual, formatif aposteriori dan 2). Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi .

Meskipun demikian dua macam pembagian tersebut tidak bersifat kontradiktif melainkan lebih bersifat melingkupi, sebagaimana dikemukakan A.Ghafar Khan bahwa al manqulat dan al ma’qulat dapat tercakup ke dalam ilmu al husuli.

 

  1. Definisi Penciptaan Alam dalam Perspetif Al-Quran

Alam semesta terdiri dari semua materi, termasuk tenaga dan radiasi  juga segala sesuatu yang ada di dalam antariksa. Alam semesta tidak dapat diukur, batas-batasanya tidak diketahui. Tata surya tempat terdapatnya bumi, hanyalah sebagian kecil alam semesta. Dalam alam semesta terdapat banyak galaksi seperti Bima Sakti, galaksi merupakan bagian yang membentuk alam raya yang sangat luas.[4]

Alquran menyebutkan alam semesta diciptakan dalam enam masa. Untuk membuktikannya banyak ilmuan melakukan penelitian akan hal itu dengan pendekatan sains. Diantaranya ialah ilmuan Achmad Marconi  (Bagaimana Alam Semesta Diciptakan. Pendekatan Alquran dan Sains Modern, 2003) menjelaskan tentang pengertian enam masa kejadian alam semesta dengan singkat:

1.         Masa pertama, terjadinya dentuman besar Big Bang, pada saat ini kontinum ruang waktu yang lahir masih berujud samar-samar, dimana energy dan ruang waktu tidak js beda.

2.         Masa kedua, pada masa ini  alam semesta mengalami proses inflasi. Grafitasi muncul sebagai pernyataan adanya materi , dan gaya inti-kuat memisahkan diri dari gaya inti-lemah dan gaya elektromagnetis.

3.         Masa keempat, pada masa ini dimulailah sintesa atau pembentukan inti atom.

4.         Masa keempat, dalam tahap ini ada kemungkinan terjadinya pengelompokan-pengelompokan materi fundamental, electron mulai terbentuk namun masih dalam keadaan bebas, dan belum terikat oleh inti atom.

5.         Masa kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil. Artinya electron-elektron mulai terikat oleh inti atom, dan terjadilah atom-atom  yang stabil di jagat raya ini.  Terjadi pemisahan materi dan radiasi, sehuingga alam semesta menjadi tembus cahaya. Proton galaksi mulai terbentuk.

6.         Masa keenam, terbentuknya galaksi bintang, tata-surya dan planet.[5]

 

  1. Ayat Al-Qur’an tentang Ilmu Pengetahuan dan Penciptaan Alam

1.        Ilmu Pengetahuan

a.       Surat Al-Baqarah (31-32)

وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِ‍ُٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ )٣١(

 قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ )٣٢(

Artinya :Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar! (31). Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (32)”.

Ayat ini menjelaskan tentang kebijaksanaan Allah dalam menetapkan Adam sebagai khalifah berkat keistimewaan Adam a.s melalui pengetahuan yang dimilikinya serta kekeliruan malaikat  sebagaimana dipahami dari kata kemudian Allah mepaparkan benda-benda itu kepada para malaikat lalu berfirman, “ sebutkan kepada ku nama-nama benda itu, jika kamu orang-orang yang benar dalam dugaan kamu bahwa kalian lebih wajar menjadi khalifah”. Sebenarnya perintah ini bukan bertujuan menugaskan menjawab. Para malaikat yang ditanya itu secara tulus menjawab sambil mensucikan Allah, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana maksudnya mereka, apa yang engkau tanyakan itu tidak pernah engkau ajarkan kepada kami. Engkau tidak ajarkan kepada kami bukan karna engkau tidak tau, tetapi ada hikmah dibalik itu.

Demikian jawaban malaikat yang bukan hanya mengakuti dan mengatahui jawaban pertanyaan tetapi sekaligus mengakui kelemahan mereka dan kesucian Allah SWT. Dari segala macam kekurangan atau ketidakadilan, sebagaimana dipahami dari penutup surat ini.  Jawaban para malaikat sesungguhnya engkau mengatahui lagi maha bijaksana, juga mengandung makna bahwa sumber pengetahuan adalah Allah SWT. Jadi, Allah maha mengetahui segala sesuatu, termasuk yang wajar menjadi khalifah, dan dia maha bijaksana dalam segala tindakannya, termasuk menetapkan mahluk yang wajar menjadi khalifah.[6]

 

b.      Surat Taubah (9) ayat 122

 

وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ

 قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ )١٢٢(

 

Artinya :Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Orang-orang yang beriman tidak wajib pergi semua untuk berjihad dan meninggalkan negeri mereka dalam keadaan kosong. Tapi harus tetap ada yang tinggal disana dan satu kelompok lagi yang keluar menuntut ilmu yang bermanfaat. Apabila mereka kembali ke kampung halaman, mereka wajib mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada kaumnya yang tidak ikut menuntut ilmu. Mereka harus memberikan pemahaman kepada kaumnya tentang agama Allah SWT, memperingatkan mereka akan bahaya maksiat dan melanggar perintah-Nya. Menyerukan supaya mereka bertakwa kepada Tuhan mereka dengan mengamalkan kitab-Nya dan sunnah Nabi SAW.[7]

c.       Surat Az-Zumar (39) ayat 9

 

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

 

 

Artinya :(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

 

Pada ayat tersebut terlihat adanya hubungan orang yang mengetahui (berilmu) dengan melakukan ibadah di waktu malam, takut terhadap siksaan Allah di akhirat serta mengaharapkan ridha dari Allah; dan juga menerangkan bahwa sikap yang demikian itu merupakan salah satu ciri dari ulul al-bab, yaitu orang yang menggunakan hati untuk menggunakan dan mengarahkan ilmu pengetahuan tersebut pada tujuan peningkatan akidah, ketekunan beribadah dan ketinggian akhlak yang mulia.

Sehubungan dengan ayat هل يستوى الّذين يعلمون والّذين لا يعلمون, al-Maraghi mengatakan: “Katakanlah hai rasul kepada kaummu, adakah sama, orang-orang yang menengetahui bahwa ia akan mendapatkan pahala karena ketaatan kepada tuhannya dan akan mendapatkan siksaan disebabkan karena kedurhakaannya dengan orang yang mengetahui al-hal yang demikian itu?” Ungkapan pertanyaan dalam ayat ini menunjukan bahwa yang pertama (orang-orang yang mengetahui) akan dapat mencapai derajat kebaikan; sedangkan yang kedua (-orang-orang yang tidak mengetahui) akan mendapatkan kehinaan dan keburukan.

Imam Al Qurtubi berkata: "Menurut Az-Zujaj Radhiyallahuanhu, maksud ayat tersebut yaitu orang yang tahu berbeda dengan orang yang tidak tahu, demikian juga orang taat tidaklah sama dengan orang bermaksiat. Orang yang mengetahui adalah orang yang dapat mengambil manfaat dari ilmu serta mengamalkannya. Dan orang yang tidak mengambil manfaat dari ilmu serta tidak mengamalkannya, maka ia berada dalam barisan orang yang tidak mengetahui".[8]

d.      Surat Mujaadalah (58) ayat 11

 

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

 

 

Artinya :Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

 

Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa para sahabat berlomba-lomba untuk berdekatan dengan tempat duduk Rasulallah SAW untuk mendengarkan pembicaraan beliau yang mengandung banyak kebaikan dan keutamaan yang besar. Diperintahkan pula untuk memberi kelonggaran dalam majlis dan tidak merapatkannya, dan apabila yang demikian ini menimbulkan rasa cinta didalam hati dan kebersamaan dalam mendengarkan hukum-hukum agama, maka akan dilapangkan baginya kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat.

Isi kandungan pada ayat diatas berbicara tentang etika atau akhlak ketika berada dalam majelis ilmu. Etika dan akhlak tersebut antara lain ditunjukan untuk mendukung terciptanya ketertiban, kenyamanan dan ketenangan suasana dalam majelis, sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Ayat diatas juga sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majeis ilmu. Dan orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah.           

Menurut Imam Al Qurthubi "Maksud ayat di atas yaitu, dalam hal pahala di akhirat dan kemuliaan di dunia, Allah Subhanahu wa Taala akan meninggikan orang beriman dan berilmu di atas orang yang tidak berilmu. Kata Ibnu Mas`ud, dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Taala memuji para ulama. Dan makna bahwa Allah Subhanahu wa Ta ala akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat, adalah derajat dalam hal agama, apabila mereka melakukan perintah- perintah Allah".[9]

 

e.        Surat Al-Alaq (96) ayat 1-5

 

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡوَرَبُّك ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤

عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥

 

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”.

 

Berdasarkan ayat  tersebut Rasululallah disuruh untuk membaca agar menjadi orang yang bisa membaca sebelum tadinya tidak. Betapa pentingnya membaca itu, bahkan sesungguhnya setiap detik hidup ini adalah membaca. Tanpa  membaca, orang akan kesulitan untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Setiap orang bisa saja membaca objek yang sama. Namun yang membedakan adalah kualitas pembacaannya. Pada masa jahiliyyah dahulu, kondisi kehidupan masyarakat didominasi oleh pembacaan yang salah. Membaca yang benar dalam arti menyeluruh harus menjadi bagian dari hidup seorang muslim. Manusia dapat baru dapat dimintai pertanggungjawaban setelah mampu membaca dalam arti luas. Sebab kemampuan membaca adalah tanda berfungsinya akal seseorang. Dikutip dari sebuah hadits, “Tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal”. Kualitas pembacaan juga ditandai dengan kedalaman atau kejauhan pandangan. Dengan hanya sedikit indikator atau tanda, seharusnya setiap Muslim mampu membaca jauh melebihi apa yang dilihatnya.

Dalam ayat tersebut dapat diketahui perintah Allah SWT kepada manusia untuk menuntut ilmu, dan dijelaskan pula sarana yang digunakan untuk menuntut ilmu yaitu kalam. Mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi umat manusia dan mengamalkannya juga merupakan ibadah. Semakin tinggi ilmu yang dikuasai, semakin takut pula kepada Allah SWT sehingga dengan sendirinya akan mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:

"Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (HR. Al-Bukhariy)

Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi SAW agar bersemangat untuk mencari ilmu, yaitu beliau SAW memberikan perumpamaan terhadap apa yang beliau bawa, yaitu hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan memanfaatkan air hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian beliau SAWmenyerupakan orang yang mendengar ilmu dengan bumi/tanah yang bermacam-macam dimana air hujan (ilmu) turun padanya:

a.    Diantara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumput-rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.

b.   Diantara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil manfaat darinya.

c.    Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air.

Kelompok pertama dan kedua dalam perumpamaan tersebut kelak akan dikumpulkan menjadi satu karena kebersamaan mereka dalam memanfaatkan ilmu yang mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan kelompok ketiga yang tercela akan dipisahkan dari kelompok satu dan dua karena tidak adanya kemanfaatan darinya. Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang yang mencari ilmu lalu memberikan manfaat pada dirinya dan orang lain dengan orang yang rela dengan kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian sedikit pun dari warisannya para Nabi.[10]

f.       Q.S Surat Al Anbiya’ [21] : 30

أَوَلَم يَرَالَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ

أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Artinya:Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?(Q.S Surat Al Anbiya’ [21]: 30)

 

Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah satu mukjizat Al Qur’an yang mengungkapkan peristiwa penciptaan planet-planet.Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang diistilahkan ayat ini dengan ratqan, lalu gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit.[11]

g.      Q.S. Az-Zāriyāt [51] : 47

وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ       

Artinya: “Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Kami benar-benar meluaskannya. (Q.S. Az-Zariyat [51]: 47)

 

Kalimat yang ada ayat ini sebagai isyarat, bahwa proses penciptaan langit/galaksi yang dikemukakan berlansung secara terus menerus, hal ini sejalan dengan teori “ The Expanding Universe ”, menurut teori ini, alam semua bersifat seperti balon atau gelembung karet yang sedang ditiup ke segala arah. Langit yang kita lihat dewasa ini, sebenarnya semakin tinggi dan semakin mengembang ke segala arah dengan kecepatan yang luar biasa.

M. Quraish Shihab menjelaskannya dengan mengacu kepada (Q.S. Al-Gāsyiyah ayat 17-18) berikut ini: “bahwa bumi kita diliputi oleh ruang angkasa atau langit, langit ditinggikan berarti ia bergerak sedemikian rupa ke arah tegak lurus pada seluruh permukaan bumi. Dan karena bumi bulat, berarti langit yang melindungi bumi itu harus mengembang ke segala arah. Hal tersebut sejalan dengan sifat hukum singularitas alam semesta, yang telah diteliti oleh para ilmuan ahir abad ke-20 di Universitas New York.[12]

h.      Surat Hud [11] : 7

 

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ

 

Artinya: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah ArasyNya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (Q.S. Hud [11]: 7).

 

Ayat ini menegaskan dalam penciptaan alam semesta. Menurut konsep Alquran bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa, sesuai dengan firmanNya.

Menurut Quraish Shihab bahwa penciptaan langit dan bumi dalam enam masa dua hari untuk penciptaan langit, dua hari untuk penciptaan bumi, dan dua hari untuk penciptaan sarana makhluk.Jika kita berbicara mengenai “sittati ayyam” maka banyak terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Ada ulama yang memahami dalam arti enam kali 24 jam, tetapi ada lagi yang memahami sesuai dengan hitungan Allah yakni 1000 tahun. Banyak perbedaan pendapat bukan berarti ayat Al Qur’an saling bertentangan, tetapi ini adalah isyarat relatifitas waktu. Dengan hikmah dan ilmunya menghendaki alam ini diciptakan enam hari, menunjukkan bahwa ketergesa-gesaanbukanlah suatu hal yang terpuji, tetapi yang terpuji adalah keindahan dan kebaikan karya.[13]

i.        QS. Al-A’Raaf [7] : 54

 

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Dalam ayat tersebut Allah menjadikan proses penciptaan langit dan bumi yang terjadi pada 6 masa atau 6 periode. Enam masa penciptaan langit dan bumi terdiri atas penciptaan langit dan penciptaan bumi setelah langit terbentuk. Penciptaan bumi sendiri dilakukan secara bertahap selama dua masa.[14]

Dan ternyata, analogi para ahli astrofisika terkemuka mengemukakan hal yang sama dengan apa yang telah digambarkan Al-Qur’an. Ahli astrofisika membenarkan bahwa tahap atau periode terjadinya alam dalam 6 tahap atau masa. Analisis keilmuan mencoba mengurai enam masa tersebut yang mencakup : pada awal proses penciptaan alam, Allah ciptakan dari sebuah lentuman yang sangat dahsyat yang dalam teori modern disebut big-bang sehingga materi yang semula termuat di dalamnya yang merupakan bongkahan yang menyatu berhamburan memecah dengan kecepatan yang amat sangat tinggi yang manusia hanya sampai pada analisis kira-kira atau kurang lebih dalam mendeteksi kecepatan hamburan pecahan tersebut.

Pecahan-pecahan itu mengembang ke segenap penjuru. Kemudian mulailah terbentuknya alam karena pecahan-pecahan tersebut akan mewarnai permukaan bumi dan langit yang akan mengisi ruang-ruang yang kosong yang bisa ditempati.[15]

j.         Surat Al-Baqarah [2]: 29

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚوَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

ayat 29 surat Al-Baqarah ini tidak berbicara tentang proses penciptaan alam, melainkan penciptaaan bumi dan langit yang berlapis-lapis lebih ditujukan untuk menjelaskan posisi alam sebagai tempat yang penuh berbagai karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, dan oleh karena itu tidak sepantasnya manusia berbuat inkar sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang fasik sebagaimana tersebut di atas.[16]

k.       Surat Al-Fushshilat [41] : 11

 

ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ

Pada ayat ini Allah menerangkan keadaaan langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu langit berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa hakikatnya, hanya Allah sajalah yang mengetahui-Nya. Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat diatas menggambarkan mengenai permulaan alam semesta. Ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan atau teori secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam semesta terdiri hanya dari awan, dan dari asap yang terdiri atas komposisi gas yang padat dan sangat panas.[17]

  1. Hadist tentang Ilmu Pengetahuan

1.    Ilmu dan pemahaman agam dasar kebaikan

حدثناعلي بن حجر اخبرنا اسماعيل بن جعفر اخبرني عبد الله بن سعيد بن هند عن ابيه  عن ابن

 عباس ان رسول لله صلى الله عليه وسلم قال  من يردالله به خير يفقهه فيدين

 

Artinya: Ali ibnu Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ja’far memberitahukan kami, Abdullah bin Said bin Abi Hindun menceritakan kepada kami dari ayahnya dari ibnu Abbas  bahwa Rasulullah saw. Bersabda:  Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan padanya, maka Allah memberikan kefahaman (ilmu) dalam soal agama (Hadis Hasan).

 

Dalam hadis ini terlihat bahwa kebaikan dikaitkan dengan kefahaman dalam soal agama (ilmu),.Orang yang memiliki ilmulah yang dapat melakukan kebajikan dalam hidup, disebabkan kefahamnnya terhadap agama dan kebaikan.Nabi dalam salah satu hadis mengkaitkan agama dengan akal.

Pemilik ilmu adalah Allah maka Ia akan memberikan-nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan disertai kebaikan dan kemudahan memahaminya dalam soal agama, tentunya yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan secara luas, tidak seperti pandangan Barat yang sekuler. Pada prinsifnya ilmu pengetahuan dipandang sebagai kesatuan, kemudian dipisahkan sesuai dengan objeknya, dan pembidangan ilmu pengetahuan bertujuan untuk merumuskan spesialisasinya serta  menunjukkan bentuk dan sifat ilmu. Dalam hadis ini terlihat bahwa, pertama,  fungsi atau tujuan ilmu adalah membuat kebaikan, ilmu adalah untuk kemaslahatan, bukan ilmu untuk ilmu. Kedua, ada hubungan kebaikan dengan kefahaman, khususnyakefahaman  ilmu agama, dimana dasar ilmu agama memberikan sifat kebaikan meskipun seseorang itu menguasai ilmu-ilmu lainnya, demikian pentingnya dasar ilmu agama bagi dasar penguasaan ilmu pengetahuan, lemahnya dasar ilmu agama maka penguasaan ilmu pengetahuan menyebabkan kerusakan, kesombongan dan kesewenang-wenangan.Dasar ilmu agama itu adalah pengetahuan tentang Tuhan.

 

فاعلم انه لا اله  الا الله(محمد 19)

 

Maka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah.

 

Hadis berikut menjelaskan amal yang uatama dalah berilmu mengenai Allah, merupakan dasar kefahaman agama dan dasar  ilmu penegatahuan.

 

 

افضل الاعمال العلم با لله ان العلم ينفعك معه قليل العمل وكثيره وان الجهل لاينفعك معه قليل

 العمل ولا كثيهر

 

Artinya: Amal yang paling utama adalah berilmu mengenai Allah, sesungguhnya ilmu itu mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau) bersamanya sedikit maupun banyak amal. Dan sesungguhnya bodoh  itu tidaklah mendatangkan manfaat bagimu  (bila engkau) bersamanya, sedikit maupun banyak amal itu

 

Anas meriwayatkan bahwa seorang laki-lakin datang menemui Nabi saw. Dia berkata; Apa amal yang utama ?, beliau menjawab; Berilmu mengenai Allah. Kemudian dia bertanya lagi (setelah datang kedua kalinya), lalu beliau menjawab seperti itu juga.Maka laki-laki itu berkata; Ya Rasulallah, sesungguhnya aku bertanya padamu mengenai amal. Maka nabi meneruskan;  Sesungguhnya ilmu itu mendatangkan manfaat  bagimu.[18]

 

2.    Menuntut ilmu dan kemudahan

حدثنا محمود بن غيلان اخبرنا ابو اسامة عن الاعمش عن ابى صا لح عن ابى هريرة

 قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنه

 

 

Artinya: Ahmad bin Ghailan menceritakan kepada kami. Abu Usamah memeberitahukan kami dari al-A’masyi dari Abi Shaleh  dari Abi Hurairah berkata. Rasulullah saw. Bersabda. Barang siapa  menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju syurga.

(Hadis ini hasan)

 

حدثنا نصربن علي  اخبرنا خا لد بن يزيد العتلي عن ابي جعفر ارازي عن الر بيع بن انس

عن انس بن ما لك قال رسول الله صلي الله عليه وسلم من خرج في طلب علم فهو

في سبلى الله حتي يرجع

 

Artinya: Nasr bin Ali menceritakan kepada kami , Khalid bin Yazid al-Attall memberitahukan kepada kami, dari Abu Ja’far ar-Razi dari ar-Rabi bin Anas, dari Anas bin malik Rasulullah sawBerkata: Barang siapa keluar (dari rumahnya) untuk mencari ilmu maka dia jihad di jalan Allah sehingga ia kembali (Hadis ini Hasan Garib dan sebahagian ahli hadis meriwayatkan hadis ini tapi tidak meriwayatkannya secara marfu).

3.    Hilangnya ilmu dengan meninggalnya ulam

 

حدثنا هارون بن  اسحاق الهمداني اخبرنا ابدالله بن سليمان عن هشام ين عروه عن ابيه عن عبدالله

 بن عمر وبن العاص قال  قال رسول الله صلى الله عليه وسلم  ان الله لايقبض العلم انتزاعايتزعه من النا س واكن

 يقبض العلم بقبضى العلماء حتى ازا لم يترك عالما اتخزالناس رؤسا جهالا فسئلوا فافتوا بعيرعلم

 فضلوا واضلوا

 

Artinya: Harun bin Ishak al-Hamdani mencerirtakan kepada kami, Abdallah bin Sulaiman memberitahukan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Abdullah bin al-Ash Rasulullah saw. Bersabda, sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan caramengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka dari orang-orang yang bodoh lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, kemudian mereka sesat dan menyesatkan.

4.     Ilmu dan mengamalkan ilmu

 

العالم والعلم ولعمل في الجنه فازلم يعمل العالم  بما يعلم كان العلم ولعمل في الجنه وكان العالم

ف النار

 

Artinya: Orang ‘alim, ilmu dan amalnya berada dalam syurga, apabila seorang ‘alim tidak mengamalkan ilmunya maka yang berada dalam syurga hanyalah ilmu dan amalnya saja, sedang orang ‘alimnya  berada dalam neraka.

 

 

5.    Ancaman bagi penuntut ilmu untuk dunia

 

حدثنا ابوالاشعث  احمدبن المقدام العجلى البسرى اخبرنا امية بن خالد  اخبرنا اسحاق بن يحي

بن طلحة  حدثى ابن كعب بن مالك عن ابيه  قال  سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول  من طلب العلم

 ليجارى به العلماء اوليمارى به السفهاء ويصرف به وجوة الناس اليه ادخله الله النار

 

 

Artinya; Abu al-Asy-ats ahmad  bin al-Miqdam  al-Jili  al-Basri, menceritakan kepada kami Umayyah bin Khalid, memberitahukan kepada kami  Ishaq bin yahya  bin thalhah, memberitahukan kepada kami  ibnu Kaab bin Malik dari ayahnya berkata; Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda.Barang siapa mencari ilmu agar diperlakukan sebagai seorang yang pandai  atau untuk berbantah dengan orang-orang yang bodoh atau menarik perhatian manusia kepadanya niscaya kelak Allah memasukkannya ke neraka (hadis ini gharib).[19]

  1. Urgensi ilmu pengetahuan dan Penciptaan Alam semesta

1.      Ilmu Pengetahuan:

a.       Peranan  ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehingga nabi menegaskan dalam hadistnya “Diwajibkan atas muslim laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu”. Bukan hnaya persoalan akhirat saja melainkan juga soal duniaawi.

b.      Ketertinggal umat islam saat ini merupakan bukti lemahnya pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia. Ibarat meareka sudah terbang, umat islam masih naik unta. Ini harus disadari oleh setiap muslim, jangan hanya bisa menjadi pemakai, akan tetapi penghasil atau pembuat itukan lebih baik.

c.       Lebih mengarah kepada sudut pandang duniawi, bukan berarti tidak berkaitan dengan urusan akhirati. Coba lihat faktanya banyak orang yang miskin jauh dari agama, karena kekufuran sangat dekat dengan orang-orang yang mempunyai ekonomi rendah, sebaliknya keserakahan dimiliki oleh orang yang sudah berkecukupan.

d.      Orang sangat mudah lalai, karena ilmu yang dimiliki tidak bermanfaat atau bahkan tidak memiliki pengetahuan, sehingga terjerumus kepada lebah yang disebut kelalaian. Persoalan ini adalah persoalan iman dan persoalan iman lagi-lagi kembali kepada persoalan ilmu. Bagaimana mungkin seseorang bisa beriman dengan benar, jika dia tidak punya pengetahuan akan hal itu.

2.       Penciptaan Alam Semesta:

 

 

a.       Agar Manusia Beriman

Berbagai cara Allah SWT memperkenalkan eksistensi-Nya kepada makhluk-Nya, agar mereka percaya, beriman dan mengikuti sunnah-sunnah yang telah ditetapkan-Nya. Dan cara yang sangat logis dan dapat diterima oleh semua manusia yang berakal dengan memperhatikan proses dan fenomena semua apa yang terjadi di alam semestaini. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an selalu mencantumkan bahwa fenomena alam dan proses penciptanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang harus diperhatikan agar keimanan kepada-Nya semakin kuat dan kokoh.

b.      Untuk Kemaslahatan Umat Manusia

Selain untuk keimanan kepada Allah SWT, Alam juga diciptakan untuk kemaslahatan umat manusia, yaitu dengan memanfaatkan kekayaan yang dikandungnya, di samping sebagai tempat pijakan mereka melaksanakan fungsi dan aktifitasnya sehari-hari baik sebagai khalifah atau sebagai makhluk yang sama dengan makhluk lainnya.  Banyak sekali ayat yang menyebutkan bahwa alam dan kekayaan yang dkandungnya diciptakan untuk manusia. Di antara ayat-ayat itu adalah Q.S al-A’ra[7] : 10 “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.

Dari ayat-ayat yang disebutkan, alasan pengingat manusia akan rahmat-rahmat Allah adalah untuk menjadikannya akrab dengan pemberian-pemberian itu, untuk mendorongnya memanfaatkan pemberian itu sebagai pertanda  kesyukurannya  kepada Allah sebagai pemberi semua itu. [20]

 

 

 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 

Ilmu pengetahuan semakin lama semakin berkembang hingga akhirnya ditemukan sebuah metode baru yang menganggap bahwa asal mula kehidupan termasuk problema sains. Artinya, bahwa peristiwa itu termasuk wilayah ilmu pengetahuan alam. Tetapi kendati teori tentang asal mula kehidupan itu telah ada, dan fakta-faktanya telah diatur secara sistematik, namun yang jelas bahwa adanya alam semesta tidak timbul dengan sendiriny yang menciptakannya. Pada tahun 1929 terjadi pergeseran pandangan di lingkungan para ahli tentang penciptaan alam dengan menggunakan teropong besar Hubble melihat galaksi – galaksi yang tampak menjahui galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan galaksi kita. Penemuan inilah yang mengawali perkembangan teori tentang asal usul terjadinya jagat raya.

Ada beberapa teori tentang pembentukan bumi antara lain adalah;

1.         Teori kabut nebula

2.         Teori pasang surut gas

3.         Teori Keadaan Tetap

4.         Teori Big Bang

5.         Teori Osilasi

Alam semesta terdiri dari semua materi, termasuk tenaga dan radiasi  juga segala sesuatu yang ada di dalam antariksa. Alam semesta tidak dapat diukur, batas-batasanya tidak diketahui. Tata surya tempat terdapatnya bumi, hanyalah sebagian kecil alam semesta. Dalam alam semesta terdapat banyak galaksi seperti Bima Sakti, galaksi merupakan bagian yang membentuk alam raya yang sangat luas.Alquran menyebutkan alam semesta diciptakan dalam enam masa. Untuk membuktikannya banyak ilmuan melakukan penelitian akan hal itu dengan pendekatan sains.

Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki. Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Syah Waliyullah”, adalah sebagai berikut :

1). Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.

2). Al ma’qulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.

3). Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif

Allah telah menciptakan alam seisinya dan membekali manusia dengan ilmu pengetahuan.

وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ

 قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ )١٢٢(

 

Artinya :Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Urgensi ilmu pengetahuan dan Penciptaan Alam semesta

a.    Ilmu Pengetahuan: Peranan  ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehingga nabi menegaskan dalam hadistnya “Diwajibkan atas muslim laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu”. Bukan hanaya persoalan akhirat saja melainkan juga soal duniaawi. Ini harus disadari oleh setiap muslim, jangan hanya bisa menjadi pemakai, akan tetapi penghasil atau pembuat itukan lebih baik. Lebih mengarah kepada sudut pandang duniawi, bukan berarti tidak berkaitan dengan urusan akhirati. Orang sangat mudah lalai, karena ilmu yang dimiliki tidak bermanfaat atau bahkan tidak memiliki pengetahuan, sehingga terjerumus kepada lebah yang disebut kelalaian. Persoalan ini adalah persoalan iman dan persoalan iman lagi-lagi kembali kepada persoalan ilmu. Bagaimana mungkin seseorang bisa beriman dengan benar, jika dia tidak punya pengetahuan akan hal itu.

b.    Penciptaan Alam Semesta: - Agar Manusia Beriman,

       -Untuk Kemaslahatan Umat Manusia.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mawardi. 1985 “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’.

At-Tirmizi, Al Imam, Sunan Tirmizi, Jami’us shahihain. 1423 H/2002 M.  Dar al-Ma’rifah. Publishing  dan Distributing. Beirut.

HAMKA, 1998. Tafsir Al-Azhar jilid 10. Jakarta : Pustaka Panjimas.

Hamzah, Ibnu,  al-Husaini al-Hanafiad-Damsyiqi, Asbabul Wurud. 1996. Latar Belakang Historis, timbulnya Hadis-Hadis Rasul. Jilid 1. Terjemah. M. Suwarta Wijawa dan Zafrullah salim, Pen. Kalam Mulia. Jakarta: Cet. III.

Haris, Tholib. 1997.  Rahasia Alam Semesta. Medan: Gama Utama.

Hasyim, Muhammad Syarif. 2012.Al-‘ Ālamdalam Al Qur’an: (Analisis tentang Ayat-ayat Penciptaan). Jurnal Studi Islamika 9. no. 1.

Ihya’ Al-Ghazali. Ulum al-Din. Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1.

Kementrian Agama RI. 2012. Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya. Jakarta: Kementrian Agama RI.

Masqoery, Qohar. 2003.  Pendidikan Agama Islam. Jakarta.

Napitupulu, Dedi Sahputra. 2017. “Esensi Alam Semesta Perspekstif Filsafat Pendidikan Islam”. TazkiyaJurnal Pendidikan Islam 6. no.1.

Nata, Abudin. 2012. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Ridwan, Abdullah Yunus. dkk. 2006. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam. Jakarta : Gema Insani.

Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Sains Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati,.

 

 



[1] Al-Ghazali, Ihya’, Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1), 12.

[2] Al-Mawardi, “Adab al-Dun-ya wal al-Din”, (Beirut: Dar Iqra’, 1985), 36.

[3] Qohar Masqoery, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, 2003),  213.

[4] Tholib Haris,  Rahasia Alam Semesta. (Medan: Gama Utama, 1997), 7.

[5] Kementrian Agama RI, Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya. Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), 13-14.

[6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm. 147.

[7]  Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), Hlm. 187-188.

[8] Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), 179-180.

[9] Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), 174-175.

[10] HAMKA, Tafsir Al-Azhar jilid 10  (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1998), 8059-8060.

[11]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 42

[12]Muhammad Syarif Hasyim, “Al-‘ Ālamdalam Al Qur’an: (Analisis tentang Ayat-ayat Penciptaan)”, Jurnal Studi Islamika 9, no. 1 (2012): 73-74

[13]Dedi Sahputra Napitupulu, Esensi Alam Semesta Perspekstif Filsafat Pendidikan Islam”, TazkiyaJurnal Pendidikan Islam 6, no. 1 (2017): 8-9.

[14] Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 149.

[15] Rosman Yunus, dkk. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, (Jakarta : GEMA INSANI, 2006). hlm. 112.

[16] Abuddin Nata, Tafsir an Tafsirnya jilid  VIII, (Jakarta : Lentera Abadi, 2010), 597.

[17] Kementerian Agama  RI,  Al-Qur’an dan Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014), 149.

[18] Al Imam  at-Tirmizi, Sunan Tirmizi, Jami’us shahihain, Dar al-Ma’rifah, Publishing & Distributing, (Beirut. 1423 H/2002 M), 103-105.

[19] Ibnu Hamzah  al-Husaini al-Hanafiad-Damsyiqi, Asbabul Wurud, Latar Belakang Historis, timbulnya Hadis-Hadis Rasul. Jilid 1. Terjemah. M. Suwarta Wijawa dan Zafrullah salim, Pen. Kalam Mulia, (Jakarta, Cet. III, 1996), 21-21.

[20]Muhammad Syarif Hasyim, Muhammad Syarif Hasyim, Al-‘ Ālamdalam Al Qur’an: (Analisis tentang Ayat-ayat Penciptaan), 75-78