Ayat dan
Hadits tentang Ilmu Pengetahuan
dan Penciptaan Alam Semesta
Disusun Oleh :
Jauharotul
Munawaroh
Nailal
Khusnah
Moch Fajar Arif Tri H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Alquran merupakan wahyu dari Allah
swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., untuk dijadikan pedoman hidup
bagi umat manusia. Di dalam Alquran terdapat berbagai ayat mulai dari ayat
tentang alam sebelum dunia, alam dunia, dan alam setelah dunia, ayat-ayat itu
sebagai petunjuk bagi manusia untuk berfikir, berfikir untuk meneliti apa
tujuan ayat itu diturunkan.
Manusia
diciptakan oleh Allah dan diberi akal kepadanya tidak lain adalah agar manusia
berfikir terhadap berbagai kejadian atau fenomena yang terjadi di muka bumi ini
sehingga manusia mengenal berbagai macam tanda-tanda kebesaran Allah. diantaranya alam semesta beserta
isinya bukanlah realitas-realitas melainkan tanda-tanda kebesran-Nya. Allah menciptakan
fitrah yang bersih dan mulia itu lalu melengkapinya dengan bakat dan sarana
pemahaman yang baik yang memungkinkan manusia mengetahui kenyataan-kenyataan
besar di alam raya ini. Fitrah manusia mukmin mengarah ke alam raya untuk
mengungkap rahasia dan tujuan penciptaannya serta berakhir dengan memahami
posisi dirinya di alam raya ini dan menentukan bagaimana ia harus berbuat dan
bersikap di dalamnya.
Alam yang
kita tempati ini sangat luas dan terbentang yang merupakan bangunan solid,
memiliki pergerakan yang teratur dan tertata rapi dalam setiapurusannya. Sebagai makhluk
yang diberi akal dan pikiran, manusia dituntut untuk berpikir serta menggali
ilmu karena Islam sendiri telah mewajibkan untuk menuntut ilmu pengetahuan dan penciptaan alam semesta ini. Berbicara
tentang Ilmu Pengetahuan dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ada persepsi bahwa
Al-Qur’an itu adalah kitab Ilmu Pengetahuan. Sekarang ini semua teknologi
sudah canggih, dunia membuktikan dengan banyaknya temuan-temuan terkini
yang ternyata semuanya sudah terdapat dalam Al-Qur’an. Penafsiran Al-Quran
sendiri seolah tidak pernah selesai, karena setiap saat bisa muncul sesuatu
yang baru, sehingga Al-Quran terasa selalu segar karena dapat mengikuti
perkembangan zaman.
Demikian
pentingnya mengetahui ilmu pengetahuan dan penciptaan alam. Oleh karena itu
pemakalah ingin membahas tentang ayat dan hadist tentang ilmu pengetahuan dan penciptaan alam semesta dalam
islam.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa saja teori-teori tentang
penciptaan alam semesta?
2. Bagaimana prespektif
islam tentang ilmu
pengetahuan?
3. Bagaimana proses penciptaan alam semesta dalam Islam?
4.
Apa saja ayat Al- Qur’an dan hadits yang mengenai tentang
ilmu pengetahuan dan penciptaan alam?
5.
Apa Urgensi ilmu pengetahuan dan Penciptaan
Alam semesta?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja
teori-teori tentang penciptaan alam semesta
2. Untuk mengetahui pengertian ilmu
pengetahuan dalam islam
3. Untuk mengetahui pengertian
penciptaan alam semesta dalam islam
4. Untuk mengetahui ayat dan hadist
tentang ilmu pengetahuan dan penciptaan alam
5. Untuk
mengetahui Urgensi ilmu pengetahuan dan Penciptaan Alam semesta
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Teori-Teori tentang Penciptaan Alam Semesta
Ilmu
pengetahuan semakin lama semakin berkembang hingga akhirnya ditemukan sebuah
metode baru yang menganggap bahwa asal mula kehidupan termasuk problema sains.
Artinya, bahwa peristiwa itu termasuk wilayah ilmu pengetahuan alam. Tetapi
kendati teori tentang asal mula kehidupan itu telah ada, dan fakta-faktanya
telah diatur secara sistematik, namun yang jelas bahwa adanya alam semesta
tidak timbul dengan sendiriny yang menciptakannya.
Dahulu,
sebelum diketemukan teori tentang asal usul alam raya para pakar mengatakan
bahwa alam semesta tidak terhingga besarnya, tak terbatas, dan tak berubah
status totalitasnya dari waktu kewaktu tak terhingga lamanya dari waktu lampau
sampai waktu tak terhingga lamanya dimasa yang akan datang. Hal ini
berlandaskan pada hukum kekekalan masa yang mereka yakini. Yaitu secara umum
dikatakan bahwa alam ini kekal dan nyata tidak mengakui adanya penciptaan alam.
Pada tahun 1929 terjadi pergeseran pandangan di lingkungan para ahli tentang penciptaan
alam dengan menggunakan teropong besar Hubble melihat galaksi – galaksi yang
tampak menjahui galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya
dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan galaksi kita.
Penemuan inilah yang mengawali perkembangan teori tentang asal usul terjadinya
jagat raya, yakni:
1.
Teori kabut nebula
Sejak jaman sebelum Masehi, para
ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut
(nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De
Laplace(1796).Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini
dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi
kabut (nebula)
Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk
kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses
perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar
memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang
kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri dari
beberapa tahap, yaitu:
a
Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu
pekat dan besar.
b
Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi
di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan
materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang
disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
c
Materi-materi tersebut tumbuh
makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari
dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.
2.
Teori pasang surut gas
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918,
yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati matahari dalam jarak pendek, sehingga
menyebabkan terjadinya pasang surut pada tubuh matahari, saat matahari itu
masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya pasang surut air laut yang kita
kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil. Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan
dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60 kali radius orbit Bumi).
Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama besar dengan matahari
mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung gelombang raksasa pada
tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang tadi. Gunung-gunung
tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk semacam lidah pijar
yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan merentang ke arah bintang
besar itu.Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya
kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu
planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan
berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses
pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti
Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita,
pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
3. Teori Keadaan Tetap
Teori ini
berpendapat bahwa materi yang hilang melalui resesi galaksi-galaksi, karena pengembungan alam yang berlangsung terus
menerus digantikan oleh materi yang baru saja tercipta sehingga alam semesta
yang terlihat tetap berada dalam keadaan tidak berubah (stady state), artinya
bahwa materi secara terus menerus tercipta diseluruh alam semesta. Teori ini
sama sekali tidak menyebut peristiwa awal yang bersifat khusus pada waktu atau
ruang. Tidak ada awal maupun akhir karena materi diperbarui secara terus
menerus di satu tempat sementara di tempat lain dihancurkan.
4. Teori Big Bang
Jagat raya tercipta
dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan
modern menyetujui bahwa big bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal
dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam
semesta muncul menjadi ada. Sebelum big bang, tak ada yang disebut sebagai
materi. Dari kondisi ketiadaan, dimana materi, energi, bahkan waktu belumlah
ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi,
energi, dan waktu.
Menurut teori The Big Bang alam ini beserta
matahari, bintang-bintang, dan galaksi-galaksinya dahulunya adalah satu atom
besar yang meledak. Dari ledakan ini terjadilah bintang-bintang. Lalu
bintang-bintang itu mulai menjauh, sementara alam senantiasa meluas dan
menjauh.
Teori The Big Bang adalah teori yang paling umum
dianut tentang asal mula alam semesta yang terbentuk dari sebuah ledakan besar
(Big Bang) yang terjadi sekitar 10-20 miliar tahun silam. Pada mulanya,
alam semesta terdiri atas sebuah bola api padat sangat panas yang terbentuk
dari gas yang mendingin dan meluas. Setelah sekitar sejuta tahun, gas tersebut
sepertinya mulai memadat menjadi gumpalan yang disebut protogalaksi.
Dalam 5 miliar tahun, gas tersebut sepertinya mulai memadat dan membentuk
galaksi tempat lahirnya bintang. Miliaran tahun kemudian, yaitu masa sekarang
keseluruhan alam semesta terus meluas.
Menurut teori The Big Bang alam semesta terjadi
karena adanya ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol. Ledakan yang luar
biasa dahsyat ini menandai mulainya alam semesta. Jadi, alam semesta muncul
dari ketiadaan, dengan kata lain bahwa alam semesta ini pastilah ada yang
menciptakan dari tidak ada menjadi ada.
5. Teori Osilasi
Teori osilasi
berpendapat bahwa terdapat suatu siklus di jagat raya. Setiap siklus mengalami
satu masa ekspansi dan satu masa kontraksi. Satu siklus diperkirakan berlangsung
selama 30 milyar tahun, dalam masa ekspansi terbentuklah galaksi dan
bintang-bintang di dalamnya. Ekspansi ini diakibatkan oleh adanya reaksi inti
hidrogen yang pada akhirnya membentuk unsur-unsur lain yang komplek. Pada masa
kontraksi, galaksi-galaksi dan bintang-bintang yang telah terbentuk meredup dan
unsur-unsur yang telah terbentuk tersebut menyusut dengan mengeluarkan energi
berupa panas yang sangat tinggi. Hal ini dikenal juga dengan nama oscillating
theory.
Teori osilasi menduga bahwa alam semesta tidak ada awal
dan tidak ada akhirnya. Sekarang alam semesta tidak konstan, melainkan
berekspansi yang dimulai dengan big bang, kemudian beberapa waktu yang akan
datang gravitasi mengatasi efek ekspansi ini sehingga alam semesta akan mulai collapse.
Akhirnya mencapai titik koalisensi asal dimana temperatur dan tekanan tinggi
akan memecahkan semua materi ke dalam partikel-partikel elementer sehingga
terjadi dentuman besar baru dan ekspansi mulai lagi.
B. Prespektif islam tentang ilmu pengetahuan
Dalam kehidupan
dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang sangat penting. Perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan baik dalam
kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut al-Ghazali dengan
ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan,
pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai
buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan
sesama manusia, para binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena
ilmu yang ia miliki.[1]
Ilmu
pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu
yang dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada selainnya.
Kemuliaan akan didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang
yang memburunya. Allah SWT berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ
يَعْلَمُونَ وَاَلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (الزمر:
Artinya:
“Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu
dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9)
Dengan
ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang
tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri dan
manfaat dan keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu.[2]
Ilmu adalah pengetahuan manusia mengenai segala hal yang
dapat diindera oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran, perasaan dan
keyakinan) melalui akal atau proses berfikir (logika). Ini adalah konsep umum
(barat) yang disebut (knowledge). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara
sistematis merupakan formula yang disebut ilmu
pengetahuan (science). Dalam Al-Qur’an, keduanya disebut (ilmu).
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang dimaksud ilmu
itu tidak terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (sience) saja,
melainkan justru diawali oleh ilmu Allah yang dirumuskan dalam lauhil mahfudzh
yang disampaikan kepada kita melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta
dan manusia sendiri. Bila diikuti jalan fikiran ini, maka dapatlah kita fahami
bahwa Al-Qur’an merupakan sumber pengetahuan manusia (Knowledge dan science).
Dengan membaca dan memahami Al-Qur’an, manusia pada hakekatnya akan memahami
ilmu Allah, yaitu firman-firman-Nya
Jadi
berdasarkan fakta-fakta yang ada dan apa-apa yang terkandung dalam al-qur’an,
kita dapat membulatkan pernyataan bahwa ilmu yang dimiliki oleh manusia
dan yang wajib dituntut oleh manusia, semua berporos pada agama. Agama
yang menjunjung tinggi peran akal dalam mengenal hakikat segala sesuatu. Begitu
pentingnya peran akal, sehingga bahkan dikatakan bahwa tak ada agama bagi orang
yang tak berakal, dengan akal yang telah sempurna itulah maka Islam diturunkan
ke alam semesta. Melalui akal, manusia dengan proses berfikir berusaha memahami
berbagai realita yang hadir dalam dirinya, sehinga manusia mampu menemukan
kebenaran sesuatu, membedakan antara haq dan bathil. Sehingga dapat dikatakan
bahwaakal dan kemampuan berpikir yang dimiliki manusia adalah fitrah
manusia yang membedakannya dari makhluk yang lain.[3]
Dengan melihat uraian sebelumnya ,nampak jelas bagaimana kedudukan ilmu
dalam ajaran islam . AL qur’an telah mengajarkan bahwa ilmu dan para ulama
menempati kedudukan yang sangat terhormat, sementara hadis nabimenunjukan
bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Dari
sini timbul permasalahan apakah segala macam Ilmu yang harus dituntut oleh
setiap muslim dengan hukum wajib (fardu), atau hanya Ilmu tertentu saja ?. Hal
ini mengemuka mengingat sangat luasnya spsifikasi ilmu dewasa ini .
Pertanyaan tersebut di atas nampaknya telah mendorong para ulama untuk
melakukan pengelompokan (klasifikasi) ilmu menurut sudut pandang masing-masing,
meskipun prinsip dasarnya sama ,bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.
Syech Zarnuji dalam kitab Ta’liimu AL Muta‘alim (t. t. :4) ketika menjelaskan
hadis bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim menyatakan :
“Ketahuilah bahwa
sesungguhya tidak wajib bagi setiap muslim dan muslimah menuntutsegsls ilmu
,tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu perbuatan (‘ilmu AL hal)
sebagaimana diungkapkan ,sebaik-baik ilmu adalah Ilmu perbuaytan dan sebagus
–bagus amal adalah menjaga perbuatan”.
Kewajiban manusia adalah beribadah kepeda ALLah, maka wajib bagi
manusia(Muslim ,Muslimah) untuk menuntut ilmu yang terkaitkan dengan tata cara
tersebut ,seprti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji ,mengakibatkan
wajibnya menuntut ilmu tentang hal-hal tersebut . Demikianlah nampaknya
semangat pernyataan Syech Zarnuji ,akan tetapi sangat di sayangkan bahwa beliau
tidak menjelaskan tentang ilmu-ilmu selain “Ilmu Hal” tersebut
lebih jauh di dalam kitabnya.
Sementara itu Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan
Ilmu dalam dua kelompok yaitu 1). Ilmu Fardu a’in, dan 2). Ilmu Fardu Kifayah,
kemudian beliau menyatakan pengertian Ilmu-ilmu tersebut sebagai berikut :
“Ilmu fardu a’in .
Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang mengetahui ilmu
yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui ilmu fardu a’in
“ (1979 : 82)
“Ilmu fardu kifayah.
Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam menegakan urusan
duniawi “ (1979 : 84)
Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu
fardu a’in ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup
dalam rukun Islam, sementara itu yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya)
fardhu kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli,
ilmu pertanian, ilmu politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya
ilmu-ilmu yang dapat membantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan
dunia.
Klasifikasi Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang
membagi kelompok ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
1. Ilmu yang merupakan suatu yang alami pada manusia, yang ia bisa
menemukannya karena kegiatan berpikir.
2. Ilmu yang bersifat tradisional (naqli).
bila kita lihat pengelompokan di atas , barangkali bisa disederhanakan
menjadi 1). Ilmu aqliyah , dan 2). Ilmu naqliyah.
Dalam penjelasan selanjutnya
Ibnu Khaldun menyatakan :
“Kelompok pertama itu
adalah ilmu-ilmu hikmmah dan falsafah. Yaituilmu pengetahuan yang bisa
diperdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan indra—indra
kemanusiaannya ia dapat sampai kepada objek-objeknya, persoalannya, segi-segi
demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga penelitian dan
penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan yang salah, sesuai
dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir. Kedua, ilmu-ilmu tradisional
(naqli dan wadl’i. Ilmu itu secara keseluruhannya disandarkan kepada berita
dari pembuat konvensi syara “.
Dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama
nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh
melalui kegiatan berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun
merujuk pada ilmu yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat
dari al qur’an dan sunnah Rasul.
Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau
adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat
dibagi ke dalam tiga kelompok menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi kedalam
tiga kelompok yaitu : 1). Al manqulat, 2). Al ma’qulat, dan 3). Al
maksyufat. Adapun pengertiannya sebagaimana dikutif oleh A Ghafar Khan
dalam tulisannya yang berjudul “Sifat, Sumber, Definisi dan Klasifikasi Ilmu
Pengetahuan menurut Syah Waliyullah” (Al Hikmah, No. 11, 1993), adalah sebagai
berikut :
1). Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau
mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.
2). Al ma’qulat
adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.
3). Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa
keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif
Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua
kelompok yaitu : 1). Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat
indrawi, empiris, konseptual, formatif aposteriori dan 2). Ilmu al huduri,
yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari esensi jiwa
yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi .
Meskipun demikian dua macam pembagian tersebut tidak bersifat kontradiktif
melainkan lebih bersifat melingkupi, sebagaimana dikemukakan A.Ghafar Khan bahwa
al manqulat dan al ma’qulat dapat tercakup ke dalam ilmu al husuli.
- Definisi Penciptaan Alam dalam
Perspetif Al-Quran
Alam semesta
terdiri dari semua materi, termasuk tenaga dan radiasi juga segala
sesuatu yang ada di dalam antariksa. Alam semesta tidak dapat diukur,
batas-batasanya tidak diketahui. Tata surya tempat terdapatnya bumi, hanyalah
sebagian kecil alam semesta. Dalam alam semesta terdapat banyak galaksi seperti
Bima Sakti, galaksi merupakan bagian yang membentuk alam raya yang sangat luas.[4]
Alquran menyebutkan alam
semesta diciptakan dalam enam masa. Untuk membuktikannya banyak ilmuan
melakukan penelitian akan hal itu dengan pendekatan sains. Diantaranya ialah
ilmuan Achmad Marconi (Bagaimana Alam Semesta Diciptakan. Pendekatan
Alquran dan Sains Modern, 2003) menjelaskan tentang pengertian enam masa
kejadian alam semesta dengan singkat:
1.
Masa pertama, terjadinya dentuman besar Big Bang, pada
saat ini kontinum ruang waktu yang lahir masih berujud samar-samar, dimana energy
dan ruang waktu tidak js beda.
2.
Masa kedua, pada masa ini alam semesta mengalami proses
inflasi. Grafitasi muncul sebagai pernyataan adanya materi , dan gaya inti-kuat
memisahkan diri dari gaya inti-lemah dan gaya elektromagnetis.
3.
Masa keempat, pada masa ini dimulailah sintesa atau pembentukan
inti atom.
4.
Masa keempat, dalam tahap ini ada kemungkinan terjadinya pengelompokan-pengelompokan
materi fundamental, electron mulai terbentuk namun masih dalam keadaan bebas,
dan belum terikat oleh inti atom.
5.
Masa kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil. Artinya
electron-elektron mulai terikat oleh inti atom, dan terjadilah atom-atom
yang stabil di jagat raya ini. Terjadi pemisahan materi dan radiasi,
sehuingga alam semesta menjadi tembus cahaya. Proton galaksi mulai terbentuk.
6.
Masa keenam, terbentuknya galaksi bintang, tata-surya dan planet.[5]
- Ayat Al-Qur’an tentang
Ilmu Pengetahuan
dan Penciptaan Alam
1.
Ilmu Pengetahuan
a.
Surat
Al-Baqarah (31-32)
وَعَلَّمَ
ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبُِٔونِي
بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ )٣١(
قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا
مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ )٣٢(
Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar! (31). Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada
kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (32)”.
Ayat ini menjelaskan tentang kebijaksanaan Allah dalam
menetapkan Adam sebagai khalifah berkat keistimewaan Adam a.s melalui
pengetahuan yang dimilikinya serta kekeliruan malaikat sebagaimana
dipahami dari kata kemudian Allah mepaparkan benda-benda itu
kepada para malaikat lalu berfirman, “ sebutkan kepada ku nama-nama
benda itu, jika kamu orang-orang yang benar dalam dugaan kamu bahwa kalian
lebih wajar menjadi khalifah”. Sebenarnya perintah ini bukan bertujuan
menugaskan menjawab. Para malaikat yang ditanya itu secara tulus menjawab
sambil mensucikan Allah, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang
telah engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya engkaulah yang maha mengetahui
lagi maha bijaksana maksudnya mereka, apa yang engkau tanyakan itu tidak pernah
engkau ajarkan kepada kami. Engkau tidak ajarkan kepada kami bukan karna engkau
tidak tau, tetapi ada hikmah dibalik itu.
Demikian jawaban
malaikat yang bukan hanya mengakuti dan mengatahui jawaban pertanyaan tetapi
sekaligus mengakui kelemahan mereka dan kesucian Allah SWT. Dari segala macam
kekurangan atau ketidakadilan, sebagaimana dipahami dari penutup surat
ini. Jawaban para malaikat sesungguhnya engkau mengatahui lagi
maha bijaksana, juga mengandung makna bahwa sumber pengetahuan adalah Allah
SWT. Jadi, Allah maha mengetahui segala sesuatu, termasuk yang wajar menjadi
khalifah, dan dia maha bijaksana dalam segala tindakannya, termasuk menetapkan
mahluk yang wajar menjadi khalifah.[6]
b.
Surat Taubah
(9) ayat 122
وَمَا
كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ
فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ
قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ
لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ )١٢٢(
Artinya :“Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Orang-orang yang beriman tidak wajib pergi semua untuk
berjihad dan meninggalkan negeri mereka dalam keadaan kosong. Tapi harus tetap
ada yang tinggal disana dan satu kelompok lagi yang keluar menuntut ilmu yang
bermanfaat. Apabila mereka kembali ke kampung halaman, mereka wajib mengajarkan
ilmu yang diperoleh kepada kaumnya yang tidak ikut menuntut ilmu. Mereka harus
memberikan pemahaman kepada kaumnya tentang agama Allah SWT, memperingatkan
mereka akan bahaya maksiat dan melanggar perintah-Nya. Menyerukan supaya mereka
bertakwa kepada Tuhan mereka dengan mengamalkan kitab-Nya dan sunnah Nabi SAW.[7]
c.
Surat Az-Zumar (39) ayat 9
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا
وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو
الْأَلْبَابِ
Artinya :“(Apakah kamu
hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Pada ayat tersebut terlihat adanya hubungan orang yang
mengetahui (berilmu) dengan melakukan ibadah di waktu malam, takut terhadap
siksaan Allah di akhirat serta mengaharapkan ridha dari Allah; dan juga
menerangkan bahwa sikap yang demikian itu merupakan salah satu ciri dari ulul
al-bab, yaitu orang yang menggunakan hati untuk menggunakan dan mengarahkan
ilmu pengetahuan tersebut pada tujuan peningkatan akidah, ketekunan beribadah
dan ketinggian akhlak yang mulia.
Sehubungan dengan ayat هل يستوى
الّذين يعلمون والّذين لا يعلمون, al-Maraghi mengatakan: “Katakanlah hai rasul kepada kaummu,
adakah sama, orang-orang yang menengetahui bahwa ia akan mendapatkan pahala
karena ketaatan kepada tuhannya dan akan mendapatkan siksaan disebabkan karena
kedurhakaannya dengan orang yang mengetahui al-hal yang demikian itu?” Ungkapan
pertanyaan dalam ayat ini menunjukan bahwa yang pertama (orang-orang yang
mengetahui) akan dapat mencapai derajat kebaikan; sedangkan yang kedua
(-orang-orang yang tidak mengetahui) akan mendapatkan kehinaan dan keburukan.
Imam Al Qurtubi berkata: "Menurut Az-Zujaj
Radhiyallahuanhu, maksud ayat tersebut yaitu orang yang tahu berbeda dengan
orang yang tidak tahu, demikian juga orang taat tidaklah sama dengan orang
bermaksiat. Orang yang mengetahui adalah orang yang dapat mengambil manfaat
dari ilmu serta mengamalkannya. Dan orang yang tidak mengambil manfaat dari
ilmu serta tidak mengamalkannya, maka ia berada dalam barisan orang yang tidak
mengetahui".[8]
d.
Surat Mujaadalah (58) ayat 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا
قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dari ayat tersebut dapat kita ketahui
bahwa para sahabat berlomba-lomba untuk berdekatan dengan tempat duduk
Rasulallah SAW untuk mendengarkan pembicaraan beliau yang mengandung banyak
kebaikan dan keutamaan yang besar. Diperintahkan pula untuk memberi kelonggaran
dalam majlis dan tidak merapatkannya, dan apabila yang demikian ini menimbulkan
rasa cinta didalam hati dan kebersamaan dalam mendengarkan hukum-hukum agama,
maka akan dilapangkan baginya kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat.
Isi kandungan pada ayat diatas
berbicara tentang etika atau akhlak ketika berada dalam majelis ilmu. Etika dan
akhlak tersebut antara lain ditunjukan untuk mendukung terciptanya ketertiban,
kenyamanan dan ketenangan suasana dalam majelis, sehingga dapat mendukung
kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Ayat diatas juga sering digunakan para
ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan
cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majeis ilmu. Dan orang yang
mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah.
Menurut Imam Al Qurthubi "Maksud
ayat di atas yaitu, dalam hal pahala di akhirat dan kemuliaan di dunia, Allah
Subhanahu wa Taala akan meninggikan orang beriman dan berilmu di atas orang
yang tidak berilmu. Kata Ibnu Mas`ud, dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Taala
memuji para ulama. Dan makna bahwa Allah Subhanahu wa Ta ala akan meninggikan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat, adalah derajat dalam hal agama,
apabila mereka melakukan perintah- perintah Allah".[9]
e.
Surat Al-Alaq (96) ayat 1-5
ٱقۡرَأۡ
بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢
ٱقۡرَأۡوَرَبُّك ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤
عَلَّمَ
ٱلۡإِنسَٰنَ مَا
لَمۡ
يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3). Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (4). Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya (5)”.
Berdasarkan ayat tersebut
Rasululallah disuruh untuk membaca agar menjadi orang yang bisa membaca sebelum
tadinya tidak. Betapa pentingnya membaca itu, bahkan sesungguhnya setiap
detik hidup ini adalah membaca. Tanpa membaca, orang akan
kesulitan untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Setiap orang bisa saja membaca
objek yang sama. Namun yang membedakan adalah kualitas pembacaannya. Pada masa
jahiliyyah dahulu, kondisi kehidupan masyarakat didominasi oleh pembacaan yang
salah. Membaca yang benar dalam arti menyeluruh harus menjadi bagian dari hidup
seorang muslim. Manusia dapat baru dapat dimintai pertanggungjawaban setelah
mampu membaca dalam arti luas. Sebab kemampuan membaca adalah tanda
berfungsinya akal seseorang. Dikutip dari sebuah hadits, “Tidak ada
agama bagi orang yang tidak berakal”. Kualitas pembacaan juga ditandai
dengan kedalaman atau kejauhan pandangan. Dengan hanya sedikit indikator atau
tanda, seharusnya setiap Muslim mampu membaca jauh melebihi apa yang
dilihatnya.
Dalam ayat tersebut dapat diketahui
perintah Allah SWT kepada manusia untuk menuntut ilmu, dan dijelaskan pula
sarana yang digunakan untuk menuntut ilmu yaitu kalam. Mencari ilmu adalah
sebuah kewajiban bagi umat manusia dan mengamalkannya juga merupakan ibadah.
Semakin tinggi ilmu yang dikuasai, semakin takut pula kepada Allah SWT sehingga
dengan sendirinya akan mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun dalam salah satu
hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah SAW bersabda:
"Perumpamaan apa yang aku bawa
dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air hujan yang banyak yang menyirami
bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu
menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah
yang kering yang dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia
dengannya sehingga mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan
bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada
tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan
rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang
yang mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan
mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak
perhatian sama sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah
yang aku diutus dengannya." (HR. Al-Bukhariy)
Di dalam hadits ini terdapat pengarahan
dari Nabi SAW agar bersemangat untuk mencari ilmu, yaitu
beliau SAW memberikan perumpamaan terhadap apa yang beliau bawa,
yaitu hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan memanfaatkan air
hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian
beliau SAWmenyerupakan orang yang mendengar ilmu dengan bumi/tanah yang
bermacam-macam dimana air hujan (ilmu) turun padanya:
a. Diantara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan
ilmunya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang
menyerap air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan
rumput-rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.
b. Diantara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk
dengannya, di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya
dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa
memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya,
maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil
manfaat darinya.
c. Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi
tidak menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya
kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang
tidak dapat menerima/menampung air.
Kelompok pertama dan kedua dalam
perumpamaan tersebut kelak akan dikumpulkan menjadi satu karena kebersamaan
mereka dalam memanfaatkan ilmu yang mereka miliki walaupun derajat
kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan kelompok ketiga yang tercela akan
dipisahkan dari kelompok satu dan dua karena tidak adanya kemanfaatan darinya.
Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang
yang mencari ilmu lalu memberikan manfaat pada dirinya dan orang lain dengan
orang yang rela dengan kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia
tidak mendapat bagian sedikit pun dari warisannya para Nabi.[10]
f.
Q.S Surat Al Anbiya’ [21]
: 30
أَوَلَم يَرَالَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ
الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ
أَفَلَا
يُؤْمِنُونَ
Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”(Q.S Surat Al Anbiya’ [21]: 30)
Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah
satu mukjizat Al Qur’an yang mengungkapkan peristiwa penciptaan
planet-planet.Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan
bukti-bukti yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya
merupakan satu gumpalan yang diistilahkan ayat ini dengan ratqan, lalu
gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit.[11]
g.
Q.S. Az-Zāriyāt [51]
: 47
وَالسَّمَاءَ
بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
Artinya: “Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan
(Kami) dan Kami benar-benar meluaskannya. (Q.S. Az-Zariyat [51]: 47)
Kalimat yang ada ayat ini sebagai isyarat, bahwa proses
penciptaan langit/galaksi yang dikemukakan berlansung secara terus menerus, hal
ini sejalan dengan teori “ The Expanding Universe ”, menurut teori ini,
alam semua bersifat seperti balon atau gelembung karet yang sedang ditiup ke
segala arah. Langit yang kita lihat dewasa ini, sebenarnya semakin tinggi dan
semakin mengembang ke segala arah dengan kecepatan yang luar biasa.
M. Quraish Shihab menjelaskannya dengan mengacu kepada
(Q.S. Al-Gāsyiyah ayat 17-18) berikut ini: “bahwa bumi kita diliputi oleh ruang
angkasa atau langit, langit ditinggikan berarti ia bergerak sedemikian rupa ke
arah tegak lurus pada seluruh permukaan bumi. Dan karena bumi bulat, berarti
langit yang melindungi bumi itu harus mengembang ke segala arah”. Hal tersebut sejalan dengan sifat hukum singularitas
alam semesta, yang telah diteliti oleh para ilmuan ahir abad ke-20 di
Universitas New York.[12]
h.
Surat Hud [11] : 7
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۗ
وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ
Artinya: “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, dan adalah ArasyNya di atas air, agar Dia menguji siapakah di
antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk
Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya
orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir
yang nyata". (Q.S. Hud [11]: 7).
Ayat ini menegaskan dalam penciptaan alam semesta.
Menurut konsep Alquran bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa, sesuai
dengan firmanNya.
Menurut Quraish Shihab bahwa penciptaan langit dan bumi
dalam enam masa dua hari untuk penciptaan langit, dua hari untuk penciptaan
bumi, dan dua hari untuk penciptaan sarana makhluk.Jika kita berbicara mengenai
“sittati ayyam” maka banyak terjadi perbedaan pendapat dikalangan para
ulama. Ada ulama yang memahami dalam arti enam kali 24 jam, tetapi ada lagi
yang memahami sesuai dengan hitungan Allah yakni 1000 tahun. Banyak perbedaan
pendapat bukan berarti ayat Al Qur’an saling bertentangan, tetapi ini adalah
isyarat relatifitas waktu. Dengan hikmah dan ilmunya menghendaki alam ini
diciptakan enam hari, menunjukkan bahwa ketergesa-gesaanbukanlah suatu hal yang
terpuji, tetapi yang terpuji adalah keindahan dan kebaikan karya.[13]
i.
QS. Al-A’Raaf [7]
: 54
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي
سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ
يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ
بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ
الْعَالَمِينَ
Dalam ayat tersebut Allah menjadikan
proses penciptaan langit dan bumi yang terjadi pada 6 masa atau 6 periode. Enam
masa penciptaan langit dan bumi terdiri atas penciptaan langit dan penciptaan
bumi setelah langit terbentuk. Penciptaan bumi sendiri dilakukan secara
bertahap selama dua masa.[14]
Dan ternyata, analogi para ahli
astrofisika terkemuka mengemukakan hal yang sama dengan apa yang telah
digambarkan Al-Qur’an. Ahli astrofisika membenarkan bahwa tahap atau periode
terjadinya alam dalam 6 tahap atau masa. Analisis keilmuan mencoba mengurai
enam masa tersebut yang mencakup : pada awal proses penciptaan alam, Allah
ciptakan dari sebuah lentuman yang sangat dahsyat yang dalam teori modern disebut
big-bang sehingga materi yang semula termuat di dalamnya yang merupakan
bongkahan yang menyatu berhamburan memecah dengan kecepatan yang amat sangat
tinggi yang manusia hanya sampai pada analisis kira-kira atau kurang lebih
dalam mendeteksi kecepatan hamburan pecahan tersebut.
Pecahan-pecahan itu mengembang ke
segenap penjuru. Kemudian mulailah terbentuknya alam karena pecahan-pecahan
tersebut akan mewarnai permukaan bumi dan langit yang akan mengisi ruang-ruang
yang kosong yang bisa ditempati.[15]
j.
Surat Al-Baqarah [2]: 29
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ
إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚوَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
ayat 29 surat Al-Baqarah ini tidak
berbicara tentang proses penciptaan alam, melainkan penciptaaan bumi dan langit
yang berlapis-lapis lebih ditujukan untuk menjelaskan posisi alam sebagai
tempat yang penuh berbagai karunia Tuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia,
dan oleh karena itu tidak sepantasnya manusia berbuat inkar sebagaimana yang
dilakukan oleh orang-orang fasik sebagaimana tersebut di atas.[16]
k.
Surat Al-Fushshilat [41] : 11
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا
وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
Pada ayat ini Allah menerangkan keadaaan
langit. Setelah Allah menciptakan bumi Dia menuju ke langit, waktu itu langit
berupa asap. Bagaimana keadaan asap itu dan apa hakikatnya, hanya Allah sajalah
yang mengetahui-Nya. Menurut teori ilmu pengetahuan, ayat diatas menggambarkan
mengenai permulaan alam semesta. Ilmu kosmologi modern, baik dari pengamatan
atau teori secara jelas mengindikasikan bahwa pada suatu saat, seluruh alam
semesta terdiri hanya dari awan, dan dari asap yang terdiri atas komposisi gas yang
padat dan sangat panas.[17]
- Hadist
tentang Ilmu Pengetahuan
1. Ilmu dan pemahaman agam dasar kebaikan
حدثناعلي بن حجر اخبرنا اسماعيل بن
جعفر اخبرني عبد الله بن سعيد بن هند عن ابيه عن ابن
عباس
ان رسول لله صلى الله عليه وسلم قال من يردالله به خير يفقهه فيدين
Artinya:
Ali ibnu Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ja’far memberitahukan kami,
Abdullah bin Said bin Abi Hindun menceritakan kepada kami dari ayahnya dari
ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Barang siapa
dikehendaki oleh Allah kebaikan padanya, maka Allah memberikan kefahaman (ilmu)
dalam soal agama (Hadis Hasan).
Dalam
hadis ini terlihat bahwa kebaikan dikaitkan dengan kefahaman dalam soal agama
(ilmu),.Orang yang memiliki ilmulah yang dapat melakukan kebajikan dalam hidup,
disebabkan kefahamnnya terhadap agama dan kebaikan.Nabi dalam salah satu hadis
mengkaitkan agama dengan akal.
Pemilik
ilmu adalah Allah maka Ia akan memberikan-nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya
dengan disertai kebaikan dan kemudahan memahaminya dalam soal agama, tentunya
yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan secara luas, tidak seperti pandangan
Barat yang sekuler. Pada prinsifnya ilmu pengetahuan dipandang sebagai
kesatuan, kemudian dipisahkan sesuai dengan objeknya, dan pembidangan ilmu
pengetahuan bertujuan untuk merumuskan spesialisasinya serta menunjukkan
bentuk dan sifat ilmu. Dalam hadis ini terlihat bahwa, pertama, fungsi
atau tujuan ilmu adalah membuat kebaikan, ilmu adalah untuk kemaslahatan, bukan
ilmu untuk ilmu. Kedua, ada hubungan kebaikan dengan kefahaman,
khususnyakefahaman ilmu agama, dimana dasar ilmu agama memberikan sifat
kebaikan meskipun seseorang itu menguasai ilmu-ilmu lainnya, demikian
pentingnya dasar ilmu agama bagi dasar penguasaan ilmu pengetahuan, lemahnya
dasar ilmu agama maka penguasaan ilmu pengetahuan menyebabkan kerusakan,
kesombongan dan kesewenang-wenangan.Dasar ilmu agama itu adalah pengetahuan
tentang Tuhan.
فاعلم انه لا اله الا الله(محمد
19)
Maka
ketahuilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah.
Hadis
berikut menjelaskan amal yang uatama dalah berilmu mengenai Allah, merupakan
dasar kefahaman agama dan dasar ilmu penegatahuan.
افضل الاعمال العلم با لله ان العلم
ينفعك معه قليل العمل وكثيره وان الجهل لاينفعك معه قليل
العمل ولا كثيهر
Artinya: Amal
yang paling utama adalah berilmu mengenai Allah, sesungguhnya ilmu itu
mendatangkan manfaat bagimu (bila engkau) bersamanya sedikit maupun banyak
amal. Dan sesungguhnya bodoh itu tidaklah mendatangkan manfaat
bagimu (bila engkau) bersamanya, sedikit maupun banyak amal itu
Anas
meriwayatkan bahwa seorang laki-lakin datang menemui Nabi saw. Dia berkata; Apa
amal yang utama ?, beliau menjawab; Berilmu mengenai Allah. Kemudian dia
bertanya lagi (setelah datang kedua kalinya), lalu beliau menjawab seperti itu
juga.Maka laki-laki itu berkata; Ya Rasulallah, sesungguhnya aku bertanya
padamu mengenai amal. Maka nabi meneruskan; Sesungguhnya ilmu itu mendatangkan
manfaat bagimu.[18]
2. Menuntut ilmu dan kemudahan
حدثنا محمود بن غيلان اخبرنا ابو
اسامة عن الاعمش عن ابى صا لح عن ابى هريرة
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا الى
الجنه
Artinya:
Ahmad bin Ghailan menceritakan kepada kami. Abu Usamah memeberitahukan kami
dari al-A’masyi dari Abi Shaleh dari Abi Hurairah berkata. Rasulullah
saw. Bersabda. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka
Allah memudahkan baginya jalan menuju syurga.
(Hadis
ini hasan)
حدثنا نصربن علي اخبرنا خا لد
بن يزيد العتلي عن ابي جعفر ارازي عن الر بيع بن انس
عن انس بن ما لك قال رسول الله
صلي الله عليه وسلم من خرج في طلب علم فهو
في سبلى الله حتي يرجع
Artinya:
Nasr bin Ali menceritakan kepada kami , Khalid bin Yazid al-Attall memberitahukan
kepada kami, dari Abu Ja’far ar-Razi dari ar-Rabi bin Anas, dari Anas bin malik
Rasulullah saw. Berkata: Barang siapa keluar (dari
rumahnya) untuk mencari ilmu maka dia jihad di jalan Allah sehingga ia kembali (Hadis
ini Hasan Garib dan sebahagian ahli hadis meriwayatkan hadis ini tapi tidak
meriwayatkannya secara marfu).
3.
Hilangnya ilmu dengan meninggalnya ulam
حدثنا هارون بن اسحاق الهمداني
اخبرنا ابدالله بن سليمان عن هشام ين عروه عن ابيه عن عبدالله
بن
عمر وبن العاص قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان الله لايقبض
العلم انتزاعايتزعه من النا س واكن
يقبض
العلم بقبضى العلماء حتى ازا لم يترك عالما اتخزالناس رؤسا جهالا فسئلوا فافتوا
بعيرعلم
فضلوا واضلوا
Artinya: Harun bin Ishak al-Hamdani mencerirtakan kepada
kami, Abdallah bin Sulaiman memberitahukan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah
dari ayahnya dari Abdullah bin al-Ash Rasulullah saw. Bersabda, sesungguhnya Allah
tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil
ilmu dengan caramengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan
seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka dari orang-orang yang
bodoh lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, kemudian
mereka sesat dan menyesatkan.
4.
Ilmu
dan mengamalkan ilmu
العالم
والعلم ولعمل في الجنه فازلم يعمل العالم بما يعلم كان العلم ولعمل في الجنه
وكان العالم
ف النار
Artinya:
Orang ‘alim, ilmu dan amalnya berada dalam syurga, apabila seorang ‘alim tidak
mengamalkan ilmunya maka yang berada dalam syurga hanyalah ilmu dan amalnya
saja, sedang orang ‘alimnya berada dalam neraka.
5.
Ancaman bagi penuntut ilmu untuk dunia
حدثنا
ابوالاشعث احمدبن المقدام العجلى البسرى اخبرنا امية بن خالد اخبرنا
اسحاق بن يحي
بن
طلحة حدثى ابن كعب بن مالك عن ابيه قال سمعت رسول الله صلى الله
عليه وسلم يقول من طلب العلم
ليجارى به العلماء اوليمارى به السفهاء ويصرف به
وجوة الناس اليه ادخله الله النار
Artinya;
Abu al-Asy-ats ahmad bin al-Miqdam al-Jili al-Basri,
menceritakan kepada kami Umayyah bin Khalid, memberitahukan kepada kami
Ishaq bin yahya bin thalhah, memberitahukan kepada kami ibnu Kaab
bin Malik dari ayahnya berkata; Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda.Barang
siapa mencari ilmu agar diperlakukan sebagai seorang yang pandai atau
untuk berbantah dengan orang-orang yang bodoh atau menarik perhatian manusia
kepadanya niscaya kelak Allah memasukkannya ke neraka (hadis ini gharib).[19]
- Urgensi ilmu
pengetahuan dan Penciptaan
Alam semesta
1.
Ilmu
Pengetahuan:
a.
Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
sehingga nabi menegaskan dalam hadistnya “Diwajibkan atas muslim laki-laki
maupun perempuan untuk menuntut ilmu”. Bukan hnaya persoalan akhirat saja
melainkan juga soal duniaawi.
b.
Ketertinggal
umat islam saat ini merupakan bukti lemahnya pengetahuan yang dimiliki oleh
umat manusia. Ibarat meareka sudah terbang, umat islam masih naik unta. Ini
harus disadari oleh setiap muslim, jangan hanya bisa menjadi pemakai, akan
tetapi penghasil atau pembuat itukan lebih baik.
c.
Lebih
mengarah kepada sudut pandang duniawi, bukan berarti tidak berkaitan dengan
urusan akhirati. Coba lihat faktanya banyak orang yang miskin jauh dari agama,
karena kekufuran sangat dekat dengan orang-orang yang mempunyai ekonomi rendah,
sebaliknya keserakahan dimiliki oleh orang yang sudah berkecukupan.
d.
Orang sangat mudah lalai,
karena ilmu yang dimiliki tidak bermanfaat atau bahkan tidak memiliki
pengetahuan, sehingga terjerumus kepada lebah yang disebut kelalaian. Persoalan ini adalah persoalan iman dan persoalan
iman lagi-lagi kembali kepada persoalan ilmu. Bagaimana mungkin seseorang bisa
beriman dengan benar, jika dia tidak punya pengetahuan akan hal itu.
2.
Penciptaan Alam
Semesta:
a.
Agar
Manusia Beriman
Berbagai cara Allah SWT memperkenalkan eksistensi-Nya
kepada makhluk-Nya, agar mereka percaya, beriman dan mengikuti sunnah-sunnah
yang telah ditetapkan-Nya. Dan
cara yang sangat logis dan dapat diterima oleh semua manusia yang berakal
dengan memperhatikan proses dan fenomena semua apa yang terjadi di alam
semestaini. Oleh karena itu dalam Al-Qur’an selalu mencantumkan bahwa fenomena
alam dan proses penciptanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang harus
diperhatikan agar keimanan kepada-Nya semakin kuat dan kokoh.
b.
Untuk Kemaslahatan Umat Manusia
Selain untuk keimanan kepada Allah SWT, Alam juga
diciptakan untuk kemaslahatan umat manusia, yaitu dengan memanfaatkan kekayaan
yang dikandungnya, di samping sebagai tempat pijakan mereka melaksanakan fungsi
dan aktifitasnya sehari-hari baik sebagai khalifah atau sebagai makhluk yang
sama dengan makhluk lainnya. Banyak sekali ayat yang menyebutkan
bahwa alam dan kekayaan yang dkandungnya diciptakan untuk manusia. Di antara
ayat-ayat itu adalah Q.S al-A’ra[7] : 10 “Sesungguhnya Kami telah
menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi
(sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.
Dari
ayat-ayat yang disebutkan, alasan pengingat manusia akan rahmat-rahmat Allah
adalah untuk menjadikannya akrab dengan pemberian-pemberian itu, untuk
mendorongnya memanfaatkan pemberian itu sebagai pertanda kesyukurannya
kepada Allah sebagai pemberi semua itu. [20]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan semakin lama semakin berkembang hingga
akhirnya ditemukan sebuah metode baru yang menganggap bahwa asal mula kehidupan
termasuk problema sains. Artinya, bahwa peristiwa itu termasuk wilayah ilmu
pengetahuan alam. Tetapi kendati teori tentang asal mula kehidupan itu telah
ada, dan fakta-faktanya telah diatur secara sistematik, namun yang jelas bahwa
adanya alam semesta tidak timbul dengan sendiriny yang menciptakannya. Pada
tahun 1929 terjadi pergeseran pandangan di lingkungan para ahli tentang
penciptaan alam dengan menggunakan teropong besar Hubble melihat galaksi –
galaksi yang tampak menjahui galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan
jaraknya dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan galaksi
kita. Penemuan inilah yang mengawali perkembangan teori tentang asal usul
terjadinya jagat raya.
Ada
beberapa teori tentang pembentukan bumi antara lain adalah;
1.
Teori kabut nebula
2.
Teori pasang surut gas
3.
Teori Keadaan Tetap
4.
Teori Big Bang
5.
Teori Osilasi
Alam semesta terdiri dari semua materi, termasuk tenaga dan
radiasi juga segala sesuatu yang ada di dalam antariksa. Alam semesta
tidak dapat diukur, batas-batasanya tidak diketahui. Tata surya tempat
terdapatnya bumi, hanyalah sebagian kecil alam semesta. Dalam alam semesta
terdapat banyak galaksi seperti Bima Sakti, galaksi merupakan bagian yang membentuk
alam raya yang sangat luas.Alquran menyebutkan alam semesta diciptakan
dalam enam masa. Untuk membuktikannya banyak ilmuan melakukan penelitian akan
hal itu dengan pendekatan sains.
Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang
sangat penting. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan
bagi kehidupan baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat.
Menurut al-Ghazali dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk
kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang
dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari ilmu pengetahuan, bukan hanya
diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para binatangpun merasakan
bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki. Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik
sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu yang dicari dan merupakan
sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan akan didapat
bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Syah Waliyullah”, adalah sebagai
berikut :
1). Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau
mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis.
2). Al ma’qulat
adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting.
3). Al maksyufat
adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa keterlibatan indra,
maupun pikiran spekulatif
Allah telah menciptakan alam seisinya dan membekali
manusia dengan ilmu pengetahuan.
وَمَا
كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ
فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ
قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ
لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ )١٢٢(
Artinya :“Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya”.
Urgensi ilmu
pengetahuan dan Penciptaan
Alam semesta
a.
Ilmu
Pengetahuan: Peranan ilmu pengetahuan
dalam kehidupan manusia sehingga nabi menegaskan dalam hadistnya “Diwajibkan
atas muslim laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu”. Bukan hanaya
persoalan akhirat saja melainkan juga soal duniaawi. Ini harus disadari oleh
setiap muslim, jangan hanya bisa menjadi pemakai, akan tetapi penghasil atau
pembuat itukan lebih baik. Lebih mengarah kepada sudut pandang duniawi, bukan berarti tidak
berkaitan dengan urusan akhirati. Orang sangat mudah lalai, karena
ilmu yang dimiliki tidak bermanfaat atau bahkan tidak memiliki pengetahuan,
sehingga terjerumus kepada lebah yang disebut kelalaian. Persoalan ini adalah persoalan iman dan persoalan
iman lagi-lagi kembali kepada persoalan ilmu. Bagaimana mungkin seseorang bisa
beriman dengan benar, jika dia tidak punya pengetahuan akan hal itu.
b.
Penciptaan Alam
Semesta: - Agar Manusia Beriman,
-Untuk Kemaslahatan Umat Manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Mawardi. 1985 “Adab al-Dun-ya
wal al-Din”, Beirut: Dar Iqra’.
At-Tirmizi,
Al Imam, Sunan Tirmizi, Jami’us shahihain. 1423 H/2002 M. Dar al-Ma’rifah.
Publishing dan Distributing. Beirut.
HAMKA,
1998. Tafsir Al-Azhar jilid 10. Jakarta : Pustaka Panjimas.
Hamzah,
Ibnu, al-Husaini al-Hanafiad-Damsyiqi, Asbabul Wurud. 1996. Latar
Belakang Historis, timbulnya Hadis-Hadis Rasul. Jilid 1. Terjemah. M.
Suwarta Wijawa dan Zafrullah salim, Pen. Kalam Mulia. Jakarta: Cet. III.
Haris, Tholib.
1997. Rahasia Alam Semesta. Medan: Gama Utama.
Hasyim,
Muhammad Syarif. 2012.“Al-‘ Ālamdalam Al Qur’an: (Analisis
tentang Ayat-ayat Penciptaan)”.
Jurnal Studi Islamika 9. no. 1.
Ihya’ Al-Ghazali. Ulum al-Din.
Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1.
Kementrian Agama RI.
2012. Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya. Jakarta: Kementrian Agama RI.
Masqoery, Qohar. 2003. Pendidikan Agama Islam. Jakarta.
Napitupulu, Dedi Sahputra. 2017. “Esensi Alam Semesta Perspekstif
Filsafat Pendidikan Islam”. TazkiyaJurnal Pendidikan Islam 6. no.1.
Nata, Abudin. 2012. Tafsir
Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Ridwan, Abdullah Yunus.
dkk. 2006. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam. Jakarta : Gema
Insani.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Sains
Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Shihab, M. Quraish.
2002. Tafsir Al-Misbah,
Jakarta : Lentera Hati,.
[1] Al-Ghazali,
Ihya’, Ulum al-Din, (Beirut: Darul Ma’rifah, tt, vol. 1), 12.
[2] Al-Mawardi, “Adab
al-Dun-ya wal al-Din”, (Beirut: Dar Iqra’, 1985), 36.
[3] Qohar Masqoery, Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta, 2003), 213.
[4] Tholib Haris, Rahasia Alam
Semesta. (Medan: Gama Utama, 1997), 7.
[5] Kementrian Agama RI, Tafsir Ilmi Penciptaan
Jagat Raya. Jakarta: Kementrian Agama RI, 2012), 13-14.
[6] M. Quraish
Shihab, Tafsir
Al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm. 147.
[7] Abudin
Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2012), Hlm. 187-188.
[8] Abudin Nata, Tafsir
Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), 179-180.
[9] Abudin Nata, Tafsir
Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012), 174-175.
[10]
HAMKA, Tafsir Al-Azhar jilid 10 (Jakarta
: Pustaka Panjimas, 1998), 8059-8060.
[11]M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,
2004), 42
[12]Muhammad
Syarif Hasyim, “Al-‘ Ālamdalam Al
Qur’an: (Analisis
tentang Ayat-ayat Penciptaan)”, Jurnal Studi Islamika 9, no. 1 (2012): 73-74
[13]Dedi
Sahputra Napitupulu, “Esensi
Alam Semesta Perspekstif Filsafat Pendidikan Islam”, TazkiyaJurnal
Pendidikan Islam 6, no. 1 (2017): 8-9.
[14] Ridwan Abdullah Sani, Sains
Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 149.
[15] Rosman Yunus, dkk. Teori
Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam, (Jakarta : GEMA INSANI, 2006). hlm.
112.
[16] Abuddin Nata, Tafsir an
Tafsirnya jilid VIII, (Jakarta :
Lentera Abadi, 2010), 597.
[17] Kementerian Agama RI,
Al-Qur’an dan Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta
: PT Bumi Aksara, 2014), 149.
[18] Al
Imam at-Tirmizi, Sunan Tirmizi, Jami’us shahihain, Dar al-Ma’rifah,
Publishing & Distributing, (Beirut. 1423 H/2002 M), 103-105.
[19] Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafiad-Damsyiqi, Asbabul
Wurud, Latar Belakang Historis, timbulnya Hadis-Hadis Rasul. Jilid 1. Terjemah.
M. Suwarta Wijawa dan Zafrullah salim, Pen. Kalam Mulia, (Jakarta, Cet. III,
1996), 21-21.
[20]Muhammad Syarif Hasyim, Muhammad
Syarif Hasyim, Al-‘ Ālamdalam Al
Qur’an:
(Analisis tentang Ayat-ayat Penciptaan), 75-78
Tidak ada komentar
Posting Komentar