MAKALAH
KAJIAN
KURIKULUM ALQURAN HADIS DI MTS DAN MA
Disusun Oleh :
1.
Risma Ulfa Riyani (1710110132)
2.
Asmaul Husnah (1710110141)
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan berakhlak
mulia. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta
didik yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan mampu meneladani Alquran Hadis dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum
disusun dan disain agar terciptanya keberlangsungan proses pendidikan yang
kondusif bagi peserta didik sehingga dapat hidup dan mandiri ditengah masyarakat
yang heterogen. Kurikulum ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta
didik menghadapi tantangan di masa depan.Kurikulum ini diciptakan untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial,
dan mewujudkan karakter.
Mata pelajaran
Alquran Hadis sendiri adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada lembaga madrasah yang dimaksud untuk memberikan motivasi, bimbingan,
pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Alquran
dan Hadis sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai
manifestasi iman dan takwa kepada Allah SWT serta berahklak mulia.
- Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian kurikulum Alquran Hadis?
2.
Bagaimana penjelasan kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA?
3.
Apa perbedaan kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA?
4.
Bagaimana pengembangan
kurikulum MTs dan MA?
5.
Apa saja problematika kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA?
6.
Bagaimana solusi dari problematika pada kurikulum Alquran Hadis jenjang
MTs dan MA?
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Kurikulum Alquran Hadis
Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan maka kurikulum sangatlah dibutuhkan dalam proses
pembelajaran. Kurikulum itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni curriculum yang berarti jarak tempuh.
Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan Manhaj yakni jalan yang terang. Dalam konteks pendidikan,
kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta
didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.
Kurikulum sekarang ini telah disempurnakan dan dikenal dengan kurikulum
berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai
suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
tugas-tugas dengan standar performasi tertentu yang hasilnya bisa dirasakan
oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap kemampuan melakukan kompetensi
tertentu.[1]
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan tujuan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan pedoman penyelenggaraan dalam kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum Alquran Hadis yang
dikembangkan diharapkan mampu menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Allah SWT, peningkatan penguasaan kecakapan hidup, kemampuan bekerja
dan bersikap ilmiah sekaligus menjamin pengembangan kepribadian Indonesia yang
kuat dan berakhlak mulia. Dengan demikian pengembangan kurikulum Alquran Hadis
disusun antara lain agar dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk:
1.
Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
2.
Belajar untuk memahami dan menghayati
3.
Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
4.
Belajar untuk bersama dan berguna untuk orang lain
5.
Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.[2]
Alquran
menurut bahasa (etimologi), mempunyai arti yang bermacam-macam, salah satunya
menurut pendapat yang lebih kuat, Alquran berarti bacaan atau yang dibaca.
Pendapat itu beralasan karena Alquran adalah masdar dari kata dasar Qara’a Yaqra’u yang artinya membaca.
Alquran dalam arti membaca ini dipergunakan oleh Alquran sendiri.[3]
Adapun
definisi Alquran secara istilah (terminologi), Muhammad Ali Ash-Shabuni
menulisnya bahwa “Alquran adalah kalam Allah yang tiada tandingan diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan
malaikat Jibril as, dan ditulis pada mushab-mushab yang kemudian disampaikan
kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu
ibadah yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.[4]
Jadi dapat
disimpulkan kurikulum Alquran Hadis adalah seperangkat rencana dan tujuan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan pedoman
penyelenggaraan dalam kegiatan pembelajaran Alquran Hadis untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Penyusunan
kurikulum perlu memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan disesuaikan
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian, serta sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing
satuan pendidikan.[5]
- Penjelasan
Kurikulum Alquran Hadis Jenjang Mts dan MA
1. Kurikulum Alquran Hadis Jenjang MTs
Kurikulum
Alquran Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan kurikulum
Alquran Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca
Alquran Hadis, pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Secara substansial, silabus MTs mata pelajaran Alquran Hadis
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai
yang terkandung dalam Alquran Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan
sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran
Alquran Hadis pada
Madrasah Tsanawiyah memiliki tiga
karakteristik yaitu:
a.
Membaca (menulis) yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid
b.
Menterjemahkan makna (tafsiran)
yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan hadits
dalam memperkaya khazanah intelektual
c.
Menerapkan isi kandungan
ayat/hadis yang merupakan
unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Berdasarkan ruang
lingkup materi pelajaran
Alquran Hadis Madrasah
Tsanawiyah kelas VII, VIII, IX, sebagaimana dipetakan
dalam kompetensi dasar meliputi:
a.
Kelas VII MTs
1)
Alquran Hadis sebagai pedoman hidup
2)
Kusandarkan aktifitasku hanya kepada Allah
3)
Kuteguhkan imanku dengan ibadah
4)
Sifat toleranku menumbuhkan kedamaian
5)
Istiqomah kunci keberhasilanku
6)
Kunikmati keindahan Alquran dengan tajwid.[7]
Kompetensi
Inti
1.
Menghargai dan mengahayati ajaran agama yang dianutnya
2.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
3.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang semua dalam sudut pandang/teori.
Semester
1 |
Kompetensi
Inti |
Kompetensi
Dasar |
Bab
I |
KI 1 dan 3 |
1.1
Meyakini Alquran dan hadis sebagai pedoman hidup 3.1 Memahami kedudukan Alquran dan hadis dalam kehidupan |
Bab
II |
KI 2 |
2.1 Memiliki
perilaku mencintai Alquran dan hadis dalam kehidupan |
Bab
III |
KI 1, 2, 3 dan 4 |
1.2
Menghayati kandungan QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas
tentang keesaan Allah 2.2 Terbiasa
beribadah dan berdoa sebagai penerapan isi kandungan QS Al Fatihah, An-Nas,
Al-Falaq, dan Al Ikhlas dalam kehidupan sehari-hari 3.2 Memahami
isi kandungan QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas tentang tauhid
dalam konsep Islam 4.1 Membaca
QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas dengan fasih dan tartil 4.2
menghafal QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas |
Bab
IV |
KI 1, 2, 3, dan 4 |
1.3
Meyakini isi kandungan hadis tentang iman dan hadis tentang ciri ibadah
yang diterima Allah 2.3 Terbiasa
beribadah sebagai penerapan isi kandungan hadis tentang ibadah yang diterima
Allah 3.3 Memahami
keterkaitan isi kandungan hadis tentang iman 4.3 Menulis
hadis tentang iman 4.4
Menerjemahkan makna hadis tentang iman 4.5
Menghafalkan hadis tentang iman |
Semester
2 |
Kompetensi
Inti |
Kompetensi
Dasar |
Bab
V |
KI 1, 2, 3, dan 4 |
1.1 Menyadari pentingnya
sikap tasamuh 2.1 Memiliki
sikap tasamuh sesuai isi kandungan QS Al-Kafirun, QS Al-Bayinah, dan hadis
tentang toleransi dalam kehidupan sehari-hari 3.1 Memahami
isi kandungan QS Al-Kafirun dan QS Al-Bayyinah tentang toleransi dan
membangun kehidupan umat beragama dan hadis 4.1
Menerapkan hokum bacaan qalqalah dalam QS Al-BAyyinah, QS Al-Kafirun, dan
Alquran surat-surat pendek pilihan 4.2 Menulis hadis tentang sikap tasamuh 4.3
Menerjemahkan hadis tentang sikap tasamuh 4.4 Menghafal hadis tentang sikap tasamuh |
Bab
VI |
KI 1, 2, 3, dan 4 |
1.2 Meyakini pentingnya
sikap optimis dan istiqomah dalam berdakwah 2.2 Memiliki
sikap optimis dan istiqomah dalam berdakwah sesuai isi kandungan QS Al-Lahab
dan QS An-Nasr dalam kehidupan sehari-hari 3.2 Memahami
isi kandungan QS Al-Lahab dan An-Nasr tentang problematika dakwah |
b.
Kelas VIII MTs
1)
Penerapan hukum tajwid
2)
Ketentuan rezeki dari Allah SWT
3)
Kepedulian sosial
4)
Tolong menolong dan mencintai anak yatim
5)
Menimbun harta sedekah.
6)
Keseimbangan hidup di dunia dan akhirat[8]
c.
Kelas IX MTs
1)
Hukum Mad Silah, Mad
Lazim Mukhafaf Kilmi, Mad
Lazim Mutsaqal Kilmi, dan Mad Farqi
2)
Membaca Alquran surat pendek pilihan
3)
Hukum fenomena alam
4)
Menjaga dan melestarikan lingkungan alam
5)
Menghargai waktu dan menuntut ilmu[9]
2. Kurikulum Alquran Hadis Jenjang MA
Proses
pembelajaran Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah mengacu pada Permendikbud Nomor
65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan dan Permenag Nomor 912 Tahun
2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013, sehingga implementasi pembelajarannya
menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu
b.
Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar
c.
Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah
d.
Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi
e.
Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu
f.
Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi
g.
Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif
h.
Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills)
i.
Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pembelajar sepanjang hayat
j.
Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun
kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)
k.
Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
l.
Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas
m.
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran
n.
Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.[10]
Berdasarkan ruang
lingkup materi pelajaran
Alquran Hadis Madrasah
Aliyah kelas X, XI, XII sebagaimana dipetakan
dalam kompetensi dasar meliputi:
a.
Kelas X MA
1)
Alquran kitabku
2)
Betapa otentiknya kitabku
3)
Tujuan dan fungsi kitabku
4)
Pokok-pokok isi kitabku
5)
Manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi
6)
Memahami hadis, sunnah, khabar, dan atsar
7)
Memahami unsur-unsur hadis
8)
Betapa bermacam-macamnya sunah nabiku
9)
Memahami Hadis dari segi kuantitas dan kualitas
10) Indahnya ikhlas dalam beribadah
b.
Kelas XI MA
1)
Hidup berkah dengan menghormati dan mematuhi orang tua dan guru
2)
Hidup lebih damai dengan mujahadatun nafs, husnuz-zann, dan ukhuwah
3)
Hidup jadi tenang dengan menghindari pergaulan bebas dan perbuatan keji
4)
Hidup menjadi lebih mudah dengan ilmu pengetahuan
5)
Betapa besarnya tanggung jawabku terhadap keluarga dan masyarakat
6)
Betapa semangatnya aku berkompetisi dalam kebaikan
7)
Betapa giatnya aku bekerja
8)
Hidup lebih sehat dengan makanan yang halal dan baik
9)
Betapa syukurku kepada-Mu
c.
Kelas XII MA
1)
Membudayakan hidup sederhana dan menyantuni dhuafa
2)
Menghadapi cobaan dengan senyuman
3)
Menjaga kelestarian alam
4)
Islam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
5)
Membangun budaya kritis melalui dakwah
6)
Menggembirakan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar
7)
Semua bisa diselesaikan dengan musyawarah
8)
Hidup tenteram karena jujur dan adil
Alquran Hadis
sebagai kurikulum mata pelajaran pada Madrasah Aliyah merupakan acuan formal
pendidik dan peserta didik dalam menciptakan pengalaman belajar di kelas (in class) atau di luar kelas (out class) yang berisi berbagai
Kompetensi Dasar (KD) untuk mencapai Kompetensi Inti (KI) dalam rangka
mewujudkan Kompetensi Lulusan (KL) pada jenjang Madrasah Aliyah melalui Alquran
Hadis. Kompetensi Dasar mata pelajaran Alquran Hadis merupakan muatan
pembelajaran yang berisi tentang konsep-konsep terpadu Alquran Hadis yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai sumber kompetensi awal
peserta didik yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi inti. Kompetensi inti
merupakan gambaran kualitas berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diperoleh dari pengalaman belajar sebagai refleksi kompetensi dasar pada setiap
mata pelajaran termasuk di dalamnya Alquran Hadis.[11]
Di samping itu
kurikulum Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah juga dibangun pada landasan yang
berkhas Islam, yaitu nilai-nilai yang bersumber dari keagungan sumber ajaran
Islam Alquran Hadis. Nilai-nilai yang dimaksud mencakup nilai iman,Islam, dan
ihsan. Dengan demikian, Alquran Hadis
sebagai mata pelajaran merupakan suatu disiplin ilmu yang bernuansa theoantrophocentris, dimana Alquran Hadis
tidak hanya mengarahkan pengalaman belajar peserta didik kepada sesuatu yang
bernilai materialis-sosialis, juga mendekatkan kepada sesuatu yang bernilai
transendental. Dalam perwujudannya diperlukan suatu pendekatan yang dapat
menciptakan suatu pengalaman belajar yang transformatif yakni mengarahkan
peserta didik kepada perubahan sikap, pengetahuan (faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif).[12]
Pendekatan
seperti itu mendorong pembelajaran berdasarkan realitas dengan melakukan
rekonstruksi sosial sesuai dengan pengalaman peserta didik. Hubungan pendidik
dan peserta didik lebih menekankan kepada sharing pathner dengan membawa banyak
informasi pengalaman langsung pendidik dan peserta didik ke dalam pembelajaran,
yang kemudian dihubungkan dengan teks keilmuan yang terkait dengan tema
pembelajaran tersebut. Dalam hal ini pembelajaran mempunyai pola contex to text baru kemudian text to contex.[13]
Dalam Alquran sendiri, Allah sebagai pendidik
pertama manusia mengajarkan manusia agar senantiasa melihat realitas kehidupan,
baik yang bersifat kealaman atau pun sosial. bersifat lampau seperti pembelajaran
fakta sejarah umat terdahulu atau
pun kekinian yang berkaitan dengan dinamika perubahan alam dan sosial. Dalam
konteksnya, Allah menstimuli dan mendorong manusia untuk melakukan pembelajaran
berbasis realitas seperti itu dengan kalimat afala yandzhurun, afala yatadabbarun, dan konsonan-konsonan lain
yang memiliki makna sebangun dengannya. Dengan
demikian secara teoretis,
konstruksi implementasi kurikulum Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah semestinya didasarkan pada pengalaman
peserta didik yang bersifat kontekstual-realistik.
Sedangkan
secara
yuridis kurikulum mata pelajaran Alquran Hadis mengacu pada landasan yuridis
kurikulum 2013 sebagai berikut:
a.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301).
b. Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410).
c. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
d. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah.
e. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah.
f. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan.
g. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
h. Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum Sekolah /Madrasah.
i.
Peraturan
Menteri Agama Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013.
Dokumen kurikulum berisi tentang komponen-komponen
kurikulum yang merupakan dasar utama dalam mengembangkan sistem pembelajaran.
Komponen kurikulum yang berkaitan dengan pengembangan mata pelajaran mengacu
pada tujuan utama pendidikan. Bahkan, tujuan pendidikan pun dapat dikatakan
sebagai bagian dari kurikulum apabila dilihat secara general bahwa kurikulum
merupakan filosofi pendidikan yang sesungguhnya. Hal ini karena di dalamnya
termuat tujuan pendidikan, mata pelajaran, silabus, metode belajar mengajar,
evaluasi, penelitian, serta pengembangan program keilmuan. Setiap komponen
harus saling berkaitan satu dan lainya sehingga dapat mencapai tujuan pokok
pendidikan.[14]
Hasil
kurikulum mata pelajaran Alquran Hadis tercermin pada output dan outcome yang
melekat pada peserta didik. Output
Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah dapat berupa:
a.
Sikap patuh terhadap ketentuan Allah swt. disertai dengan penghayatan dan
pengamalan ajaran agama Islam yang bersumber dari Alquran Hadits yang tercitra
dalam perkataan, sikap, dan perbuatan peserta didik Madrasah Aliyah dalam
kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat
b.
Pemahaman yang utuh tentang pengetahuan Alquran Hadis (faktual,
konseptual, prosedural, metakognitif) yang berguna untuk membimbing peserta
didik dalam menghadapi problema kehidupan
c.
Keterampilan membaca dan memaknai tanda-tanda kebesaran Allah yang
tertuang dalam Alquran dan Hadis maupun yang terdapat pada lingkungan alamiah
dan sosial.
Ketiga output ini merupakan refleksi
kompetensi-kompetensi dasar yang dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran
mata pelajaran Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah. Adapun outcome kurikulum mata pelajaran Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah
dapat berupa serangkaian efek positif (instructional
and nurturant effect) yang dihasilkan dari output-output yang mempunyai kekhasan sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan dimana peserta didik dapat memberikan kontribusinya.
Contoh kongkritnya
adalah suatu yang berkaitan dengan salah satu tema pembelajaran Alquran Hadis
kelas XII semester ganjil tentang pola hidup sederhana dan menyantuni dhuafa. Outcome yang mungkin saja dapat
dihasilkan dari pengalaman belajar tema ini adalah peserta didik dapat
termotivasi dan terbiasa hidup hemat. Selain itu dia dapat lebih peduli
terhadap situasi sosial-ekonomi lingkungan sekitarnya, dengan cara menggagas
berdirinya “bank sampah.” Modal awalnya bersumber dari tabungan pribadi
miliknya yang dikumpulkan dari proses penghematan uang jajan. Bank sampah yang
didirikannya memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan di masyarakat
sekitar, yakni meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.
Output dan outcome merupakan sebuah
keniscayaan dalam setiap proses pembelajaran. Keduanya tidak serta-merta ada,
melainkan muncul dari alur pembelajaran dan pengalaman belajar peserta didik
selama kegiatan tersebut berlangsung. Dalam pembelajaran kontekstual output dan
outcome selalu ditinjau secara berkala dan berkelanjutan oleh pendidik melalui
penilaian autentik (authentic assessment).[15] Dalam
konteks kurikulum 2013, penilaian hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Alquran Hadis di Madrasah Aliyah mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat
digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar
yang telah ditetapkan.[16]
- Perbedaan
Kurikulum
Dari
penjelasan rumusan kedua diatas, maka penulis dapat menyimpulkan perbedaan
kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA, sebagai berikut:
1.
Pada kurikulum Alquran Hadis jenjang Madrasah Tsanawiyah, siswa lebih
diajarkan tentang tajwid, membaca, dan menulis Alquran Hadis.
2.
Sedangkan pada urikulum Madrasah Aliyah, siswa lebih diajarkan untuk
memahami makna dalam Alquran Hadis serta memaknai dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
- Pengembangan Kurikulum MTs dan MA
1.
Madrasah
Tsanawiyah (MTs)
Pada dasarnya kurikulum Alquran Hadis ini masih terkait dengan
standar isi dalam Permendiknas Nomor 22. Penyusunan kurikulum Alquran Hadis ini dengan memperhatikan
hal-hal berikut ini :
a.
Kurikulum Alquran Hadis yang tertuang dalam Permen
22 pada jenjang sebelumnya (SD/MI)
b.
Kebutuhan siswa pada usia MTs yang pada dasarnya mulai
dikenakan hukum sebagai mukallaf (diwajibkan menunaikan ibadah mahdzah terlebih
sholat)
Kurikulum Alquran
Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan kurikulum Alquran
Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca Alquran
Hadis, pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan dengan kehidupan
sehari-hari.
a.
Tujuan
Adapun
tujuan dari mata pelajaran Alquran
Hadis adalah:
1)
Meningkatkan
kecintaan siswa terhadap Quran dan Hadis
2)
Membekali siswa
dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Quran dan Hadis sebagai pedoman dalam
menyikapi dan menghadapi kehidupan
3) Meningkatkan
kekhusyukkan siswa dalam beribadah terlebih sholat, dengan menerapkan hukum
bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang
mereka baca.
b.
Ruang Lingkup
1)
Membaca/menulis
yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid
2) Menterjemahkan
makna (tafsiean) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan hadis dalam
memperkaya khazanah intelektual.
3) Menerapkan
isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan
sehari-hari.
c.
Standar
Kompetensi Lulusan
1)
Memahami dan
mencintai Alquran
dan Al-Hadis sebagai
pedoman hidup umat Islam
2)
Meningkatkan pemahaman Alquran Al-Fatihah dan surat
pendek pilihan melalui upaya menerapkan cara membacanya, menangkap maknanya,
memahami isinya, dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan
3)
Menghafal dan
memahami makna hadis-hadis yang terkait dengan tema isi kandungan surat atau
ayat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2.
Madrasah Aliyah (MA)
Madrasah
Aliyah yang selanjutnya disingkat MA
adalah satuan pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan
umum dengan kekhasan agama Islam pada
jenjang menengah, sebagai
lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama, MTs, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau
setara Sekolah Menengah
Pertama atau MTs
(Draf Permenag Nomor
90 Tahun 2013). Kurikulum MA
terdiri dari: 1) muatan umum yang terdiri dari pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, bahasa, matematika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan rohani,
keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal; 2) muatan peminatan akademik yang
terdiri dari matematika dan ilmu pengetahuan
alam, matematika dan ilmu
pengetahuan sosial, bahasa
dan budaya, dan keagamaan; 3) muatan
pendalaman lintas minat atau
pendalaman minat yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal. Mata
pelajaran agama yang diselenggarakan di
MA dikembangkan menjadi empat rumpun, yaitu qur’an
hadits, akidah akhlak, fikih, dan
sejarah kebudayaan Islam (Draf Permenag Nomor 90 Tahun 2013).[17]
- Problematika
Kurikulum
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, problematika
diartikan sama dengan permasalahan, yang berasal dari Bahasa
Inggris “Problem” yaitu something that’s difficult to deal with or
understand. Maksudnya problem adalah suatu perkara yang membutuhkan
pemikiran untuk menentukan penyelesaianya. Sedangkan, problematika merupakan
kata sifat dari problem
yang berarti masalah
yang merupakan sebuah persoalan.[18]
1.
Hambatan yang bersifat linguistik
a.
Problem Membaca
Belajar membaca
artinya belajar mengucapkan
lambang-lambang bunyi tertulis baik
dari Alquran dan
hadis. Walaupun kegiatan
ini nampaknya sederhana, tetapi
bagi siswa pemula
mungkin merupakan kegiatan
yang cukup kompleks, karena
harus melibatkan berbagai
hal yaitu pendengaran,
penglihatan, pengucapan disamping akal pikiran. Kedua hal terakhir ini
bekerja secara mekanik dan simultan untuk melahirkan prilaku membaca. Ditambah
lagi materi yang dibaca adalah
rangkaian kata-kata Arab
yang banyak berbeda
sistem bunyi dan penulisanya dengan yang mereka kenal dengan
bahasa ibu dan bahasa Indonesia.[19]
b.
Problem Menulis
Belajar
menulis huruf Latin dengan huruf Arab jelas berbeda, suku kata dan fonetiknya
berbeda pula. Kesulitan yang sering dialami adalah menulis jika menulis
Latin diawali dari
kiri sedang menulis
Arab dimulai dari
sebelah kanan, mengabungkan huruf
yang satu dengan
yang lainya dalam
kalimat, serta dalam memberi harakat. Adapun detailnya
adalah sebagai berikut:
1)
Menulis lebih sulit dari pada membaca dan menghafal.
2)
Menulis membutuhkan konsentrasi antara tangan, ingatan dan penglihatan.
c.
Problem Menghafal Alquran dan Hadis
Problem
menghafal Alquran Hadis boleh sebagai langkah awal untuk memahami kandungan Alquran
Hadis. Hal ini tidaklah terlepas dari berbagai macam problem. Adapun problem
yang dihadapi para penghafal Alquran itu
secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
1)
Menghafal itu susah.
2)
Ayat-ayat yang sudah hafal lupa lagi.
3)
Banyaknya ayat-ayat yang serupa.
4)
Gangguan kejiwaan.
5)
Gangguan lingkungan.
6)
Banyaknya kesibukan dan lain-lain.[20]
d.
Problem Menterjemah
Penerjemah
harus menguasai bahasa sumber secara
integral dan bidang kebahasaan dari bahasa yang diterjemahkan yaitu dia harus
menguasai gramatikanya. Dalam bahasa Alquran Hadis sering dijumpai
problematika tentang perbendaharaan kata, karena dalam Alquran dan Hadis banyak arti sehingga sulit untuk menentukan kata yang
sesuai dengan konteks kalimatnya, menyusun subyek, predikat, dan
obyeknya. Hal itu dikarenakan dalam Alquran Hadis susunan ayat berbeda dengan bahasa
Indonesia.
e.
Problem Memahami
Dalam Alquran
dan Hadis untuk memahami dan memperoleh pengertian yang jelas tentang arti dan
nilai-nilai yang terkandung di dalam Alquran Hadis perlu
mempekerjakan akal. Cara mempekerjakan akal adalah sangat dianjurkan,
terutama jika membaca Alquran dan Hadis hendaknya menggunakan pikiran, lalu
berusaha berbuat menurut
petunjuknya sehingga
mencapai tujuan. Petunjuk illahi
bagaimana cara berpikir yang baik sehingga dapat memahami dan menafsirkan Alquran
Hadis secara benar.[21]
2.
Hambatan yang bersifat non Linguistik
Adapun sebab-sebab
kesulitan belajar Alquran Hadis yang bersifat non linguistik
dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :
a.
Sebab-sebab endogen (dari dalam diri anak), diantara sebab-sebab ini
adalah:
1)
Sebab-sebab yang bersifat biologis yaitu yang berhubungan dengan
jasmaniah.
2)
Sebab-sebab yang bersifat
psikologis, yaitu sebab
yang berhubungan dengan kejiwaan anak.
b.
Sebab-sebab eksogen (dari
luar diri anak),
diantaranya sebab-sebab ini
terbagi menjadi tiga macam yaitu :
1)
Faktor sekolah.
2)
Faktor keluarga.
3)
Faktor masyarakat.[22]
- Solusi
Problematika pada Kurikulum Alquran Hadis Jenjang MTs dan MA
Kesulitan belajar
termasuk salah satu
faktor penghalang yang bukan
merupakan kesalahan anak.
Dengan demikian, kita
tidak bisa menghukum anak karena sulit
menghafal dengan alasan
yang di luar kemampuannya. Untuk bisa mendeteksi adanya
kesulitan-kesulitan belajar,
kemungkinan besar baru
bisa dilakukan setelah
anak memasuki usia sekolah,
yaitu dengan penanda
nilai yang di
bawah rata-rata teman-temannya yang
sama, dari sisi
usia, status sosial,
kondisi ekonomi, dan kesehatan. Dalam
kasus ini, anak
tersebut terlihat terbelakang
dalam hal kemampuan belajar,
seperti membaca, menulis, atau berhitung.[23]
Akan tetapi,
sebelum pilihan langkah tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk
mempunyai strategi tersendiri agar proses pembelajaran terlaksana dengan
baik. Kata strategi
sendiri berasal dari
kata strategosyang berarti jendral atau berarti perwira negara.[24]
Selain itu seorang guru terlebih
dahulu melakukan beberapa
langkah penting seperti:
pertama, menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian
masalah-masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh
pengertian yang benar tentang kesulitan
belajar yang dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasikan dan menentukan
bidang kecakapan tertentu
yang memerlukan perbaikan. Adakalanya bidang
kecakapan bidang bermasalah
yang dapat ditangani oleh guru sendiri, adakalanya
ditangani dengan bantuan orang tua. Ketiga, menyusun program
perbaikan, khususnya program remedial
teaching. Setelah ketiga
langkah itu dilaksanakan, baru dilakukan langkah keempat, yaitu melaksanakan
program perbaikan.[25]
Oleh karena
kesulitan belajar siswa
biasanya terkait dengan banyak faktor,
maka alternatif solusinya
pun biasanya akan
melibatkan banyak komponen, artinya
komponen guru saja
belum memungkinkan untuk
memberikan solusi secara
tuntas. Oleh karena
itu sangat bijaksana sekali apabila guru
termasuk guru agama
atau guru-guru pendidikan agama Islam,
dalam memberikan solusi
terhadap kesulitan belajar
siswa selalu berkoordinasi dengan
pihak terkait. Guru
agama amat dianjurkan merintis kerja
sama ini dengan
berkonsultasi terlebih dahulu
kepada kepala sekolah. Mungkin
langkah pertama adalah
rapat orang tua
siswa dengan guru agamadan dihadiri oleh
kepala sekolah.[26]
Guru termasuk guru pendidikan agama Islam
terlebih dahulu melihat
jenis kesulitan belajar siswa,
lalu menentukan pihak mana yang mungkin bisa dilibatkan, baru mengambil langkah
penyelesaiannya.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kurikulum
Alquran Hadis adalah seperangkat rencana dan tujuan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan pedoman penyelenggaraan dalam
kegiatan pembelajaran Alquran Hadis untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum
Alquran Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan kurikulum
Alquran Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca
Alquran Hadis, pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Secara substansial, silabus MTs mata pelajaran Alquran Hadis
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai
yang terkandung dalam Alquran Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan
sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Alquran Hadis sebagai kurikulum mata pelajaran pada Madrasah Aliyah
merupakan acuan formal pendidik dan peserta didik dalam menciptakan pengalaman
belajar di kelas (in class) atau di
luar kelas (out class) yang berisi
berbagai Kompetensi Dasar (KD) untuk mencapai Kompetensi Inti (KI) dalam rangka
mewujudkan Kompetensi Lulusan (KL) pada jenjang Madrasah Aliyah melalui Alquran
Hadis. Kompetensi Dasar mata pelajaran Alquran Hadis merupakan muatan
pembelajaran yang berisi tentang konsep-konsep terpadu Alquran Hadis yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai sumber kompetensi awal
peserta didik yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi inti. Kompetensi
inti merupakan gambaran kualitas berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang diperoleh dari pengalaman belajar sebagai refleksi kompetensi dasar pada
setiap mata pelajaran termasuk di dalamnya Alquran Hadis.
Dari
penjelasan rumusan kedua diatas, maka penulis dapat menyimpulkan perbedaan
kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA, adalah pada kurikulum Alquran Hadis
jenjang Madrasah Tsanawiyah, siswa lebih diajarkan tentang tajwid, membaca, dan
menulis Alquran Hadis; sedangkan pada urikulum Madrasah Aliyah, siswa lebih
diajarkan untuk memahami makna dalam Alquran Hadis serta memaknai dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Problematika
kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA antara lain adalah hambatan yang
bersifat linguistik yang meliputi problem membaca, problem menulis, problem menghafal
Alquran dan Hadis, problem menterjemah, problem memahami; sedangkan hambatan
yang bersifat non Linguistik antara lain sebab-sebab endogen (dari dalam diri
anak), sebab-sebab eksogen (dari
luar diri anak).
Solusi dari
problematika kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA adalah pertama,
menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian masalah-masalah dan
hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar tentang kesulitan belajar yang
dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasikan dan
menentukan bidang kecakapan
tertentu yang memerlukan
perbaikan. Adakalanya bidang kecakapan
bidang bermasalah yang
dapat ditangani oleh guru
sendiri, adakalanya ditangani dengan bantuan orang tua. Ketiga, menyusun program
perbaikan, khususnya program remedial
teaching. Setelah ketiga
langkah itu dilaksanakan, baru dilakukan langkah keempat, yaitu melaksanakan
program perbaikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Hafidz, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta. Bumi Aksara. 1994.
Agus, Faridl Miftah dan Syihabuddin. Al-Quran Sumber Hukum Islam yang Pertama.
Bandung. Pustaka. 1989.
Azizah, Muftiatun. Kurikulum Pembelajaran Al Quran Dan Al Hadis Di Sekolah. Metro. Institut
Agama Islam Negri Metro. 2011.
Darsono dan
Ibrahim. Pemahaman Alquran dan Hadis 1.
Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2017.
Enoh, Mochamad. Pelajaran Geografi Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Ilmu
Pendidikan. 10 (1). 2016.
Enoh, Mochamad. Pendekatan Pembelajaran Pengetahuan Sosial dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jurnal Ilmu Pendidikan. 4 (1). 2016.
Fakih, Mansur. Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis. Yogyakarta. Read
Books. 2001.
Mahmud.
Pengembangan Kurikulum
Pendidikan.
Bandung. CV Pusaka Setia. 2012.
Mohammad
Abul Hafidz, Buku Paket Al-Qur’an
Hadis Kelas VII, VIII,IX, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014),
68.
Mufarokah, Anissatul. Strategi dan Model-Model Pembelajaran.
Tulungagung. STAIN Tulungagung Press. 2013.
Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Desain Pembelajaran: Intructional
Design Principles. Jakarta. Kencana. 2009.
Reality, Tim. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia.
Surabaya. Reality Publisher. 2008.
RI, Depag. Metode-Metode Membaca Al-Qur’an Di Sekolah Umum. Jakarta. Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1997.
RI, Kementerian
Agama. Permenag Nomor 912 Tahun 2013.
RI, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Permendikbud Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses.
RI, Kementerian Agama. Permenag Nomor 912 Tahun 2013 tentang
Kurikulum Madrasah 2013.
Riyadh, Sa’ad. Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur’an. Solo.
Aqwam. 2009.
Sanjaya, Wina Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta. Kencana. 2011.
Slameto. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. PT.
Rineka Cipta. 1995.
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2007.
Tangerang, Mapenda Depag Kabupaten. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2008, Tentang Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
di Madrasah. Jakarta. Laksana Mandiri Putra. 2009.
Umar. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam. Yogyakarta. Deepublish. 2016.
Yasir, Ali. Metode Tafsir Alqur’an Praktis.
Yogyakarta. Yayasan PIRL. 2018.
[1] Mochamad Enoh, Pendekatan Pembelajaran Pengetahuan Sosial Dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 12, No. 1, 2016,
3.
[2] Muftiatun Azizah, Kurikulum Pembelajaran Al Quran Dan Al Hadis
Di Sekolah, (Metro: Institut Agama Islam Negri Metro, 2011), 4.
[3] Faridl Miftah dan Syihabuddin
Agus, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang
Pertama, (Bandung: Pustaka, 1989), 4.
[4] Faridl Miftah dan Syihabuddin
Agus, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang
Pertama, (Bandung: Pustaka, 1989), 1-2.
[5] Mochamad Enoh, Pelajaran Geografi Pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 10, No. 1, 2016, 23.
[6] Mapenda Depag Kabupaten Tangerang,
Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, Tentang Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Laksana Mandiri Putra, 2009), 89.
[7] Ibrahim
dan Darsono, Pemahaman Alquran dan Hadis
1, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2017), 4-99.
[8] Ibrahim
dan Darsono, Pemahaman Alquran dan Hadis
2, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2019), 5-110.
[9] Mohammad Abul Hafidz, Buku Paket Al-Qur’an Hadis Kelas VII, VIII,IX, (Jakarta: Direktorat
Pendidikan Madrasah, 2014), 68.
[10] Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, “Permendikbud Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses”, 1-2.
[11] Kementerian Agama RI, “Permenag Nomor 912 Tahun 2013”, 33.
[12] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran: Intructional
Design Principles, (Jakarta: Kencana, 2009), 83-91.
[13] Mansur Fakih, Pendidikan Popular Membangun Kesadaran
Kritis, (Yogyakarta: Read Books, 2001), 61-62.
[14] Mahmud, Pengembangan
Kurikulum Pendidikan, (Bandung: CV Pusaka Setia, 2012), 41-43.
[15] Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011), 122-123.
[16] Kementerian Agama RI, “Permenag Nomor 912 Tahun 2013 tentang
Kurikulum Madrasah 2013”, 305.
[17] Umar,
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2016),
141-143.
[18] Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia,
(Surabaya: Reality Publisher, 2008), 600.
[19] Depag RI, Metode-Metode Membaca Al-Qur’an Di Sekolah Umum, (Jakarta: Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1997), 24.
[20] Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 41.
[21] Ali Yasir, Metode Tafsir Alqur’an Praktis, (Yogyakarta: Yayasan PIRL, 2018), 53.
[22] Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1995), 60.
[23] Sa’ad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur’an, (Solo:
Aqwam, 2009), 30.
[24] Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran,
(Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2013), 29.
[25] Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran,
(Tulungagung: STAIN Tulungagung Press. 2013), 31.
[26] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), 28.
Tidak ada komentar
Posting Komentar