MAKALAH KAJIAN KURIKULUM ALQURAN HADIS DI MTS DAN MA

  

Disusun Oleh :

1.      Risma Ulfa Riyani                  (1710110132)

2.      Asmaul Husnah                       (1710110141)



BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan berakhlak mulia. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mampu meneladani Alquran Hadis dalam kehidupan sehari-hari.

Kurikulum disusun dan disain agar terciptanya keberlangsungan proses pendidikan yang kondusif bagi peserta didik sehingga dapat hidup dan mandiri ditengah masyarakat yang heterogen. Kurikulum ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan.Kurikulum ini diciptakan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, dan mewujudkan karakter.

Mata pelajaran Alquran Hadis sendiri adalah bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada lembaga madrasah yang dimaksud untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Alquran dan Hadis sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai manifestasi iman dan takwa kepada Allah SWT serta berahklak mulia.

 

  1. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian kurikulum Alquran Hadis?

2.      Bagaimana penjelasan kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA?

3.      Apa perbedaan kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA?

4.      Bagaimana pengembangan kurikulum MTs dan MA?

5.      Apa saja problematika kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA?

6.      Bagaimana solusi dari problematika pada kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA?

 

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Kurikulum Alquran Hadis

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan maka kurikulum sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Kurikulum itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni curriculum yang berarti jarak tempuh. Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan Manhaj yakni  jalan yang terang. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai. Kurikulum sekarang ini telah disempurnakan dan dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu yang hasilnya bisa dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap kemampuan melakukan kompetensi tertentu.[1]

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan tujuan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan pedoman penyelenggaraan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum Alquran Hadis yang dikembangkan diharapkan mampu menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT, peningkatan penguasaan kecakapan hidup, kemampuan bekerja dan bersikap ilmiah sekaligus menjamin pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia. Dengan demikian pengembangan kurikulum Alquran Hadis disusun antara lain agar dapat memberikan kesempatan peserta didik untuk:

1.      Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT

2.      Belajar untuk memahami dan menghayati

3.      Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif

4.      Belajar untuk bersama dan berguna untuk orang lain

5.      Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.[2]

Alquran menurut bahasa (etimologi), mempunyai arti yang bermacam-macam, salah satunya menurut pendapat yang lebih kuat, Alquran berarti bacaan atau yang dibaca. Pendapat itu beralasan karena Alquran adalah masdar dari kata dasar Qara’a Yaqra’u yang artinya membaca. Alquran dalam arti membaca ini dipergunakan oleh Alquran sendiri.[3]

Adapun definisi Alquran secara istilah (terminologi), Muhammad Ali Ash-Shabuni menulisnya bahwa “Alquran adalah kalam Allah yang tiada tandingan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan malaikat Jibril as, dan ditulis pada mushab-mushab yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.[4]

Jadi dapat disimpulkan kurikulum Alquran Hadis adalah seperangkat rencana dan tujuan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan pedoman penyelenggaraan dalam kegiatan pembelajaran Alquran Hadis untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Penyusunan kurikulum perlu memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.[5]

  1. Penjelasan Kurikulum Alquran Hadis Jenjang Mts dan MA

1.      Kurikulum Alquran Hadis Jenjang MTs

Kurikulum Alquran Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan kurikulum Alquran Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca Alquran Hadis, pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Secara substansial, silabus MTs mata pelajaran Alquran Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Mata  pelajaran  Alquran  Hadis  pada  Madrasah  Tsanawiyah memiliki tiga karakteristik yaitu:

a.       Membaca (menulis) yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid

b.      Menterjemahkan   makna   (tafsiran)   yang   merupakan   pemahaman, interpretasi ayat dan hadits dalam memperkaya khazanah intelektual

c.       Menerapkan  isi  kandungan  ayat/hadis  yang  merupakan  unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.[6]

Berdasarkan  ruang  lingkup  materi  pelajaran   Alquran Hadis Madrasah  Tsanawiyah  kelas  VII, VIII, IX, sebagaimana  dipetakan  dalam kompetensi dasar meliputi:

a.       Kelas VII MTs

1)      Alquran Hadis sebagai pedoman hidup

2)      Kusandarkan aktifitasku hanya kepada Allah

3)      Kuteguhkan imanku dengan ibadah

4)      Sifat toleranku menumbuhkan kedamaian

5)      Istiqomah kunci keberhasilanku

6)      Kunikmati keindahan Alquran dengan tajwid.[7]

 

Kompetensi Inti

1.      Menghargai dan mengahayati ajaran agama yang dianutnya

2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4.      Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang semua dalam sudut pandang/teori.

Semester 1

Kompetensi Inti

Kompetensi Dasar

Bab I

KI 1 dan 3

1.1         Meyakini Alquran dan hadis sebagai pedoman hidup

3.1  Memahami kedudukan Alquran dan hadis  dalam kehidupan

Bab II

KI 2

2.1 Memiliki perilaku mencintai Alquran dan hadis dalam kehidupan

Bab III

KI 1, 2, 3 dan 4

1.2    Menghayati kandungan QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas tentang keesaan Allah

2.2 Terbiasa beribadah dan berdoa sebagai penerapan isi kandungan QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas dalam kehidupan sehari-hari

3.2 Memahami isi kandungan QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas tentang tauhid dalam konsep Islam

4.1 Membaca QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas dengan fasih dan tartil

4.2 menghafal QS Al Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, dan Al Ikhlas

Bab IV

KI 1, 2, 3, dan 4

1.3    Meyakini isi kandungan hadis tentang iman dan hadis tentang ciri ibadah yang diterima Allah

2.3 Terbiasa beribadah sebagai penerapan isi kandungan hadis tentang ibadah yang diterima Allah

3.3 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang iman

4.3 Menulis hadis tentang iman

4.4 Menerjemahkan makna hadis tentang iman

4.5 Menghafalkan hadis tentang iman

Semester 2

Kompetensi Inti

Kompetensi Dasar

Bab V

KI 1, 2, 3, dan 4

1.1  Menyadari pentingnya sikap tasamuh

2.1 Memiliki sikap tasamuh sesuai isi kandungan QS Al-Kafirun, QS Al-Bayinah, dan hadis tentang toleransi dalam kehidupan sehari-hari

3.1 Memahami isi kandungan QS Al-Kafirun dan QS Al-Bayyinah tentang toleransi dan membangun kehidupan umat beragama dan hadis

4.1 Menerapkan hokum bacaan qalqalah dalam QS Al-BAyyinah, QS Al-Kafirun, dan Alquran surat-surat pendek pilihan

4.2 Menulis hadis tentang sikap tasamuh

4.3 Menerjemahkan hadis tentang sikap tasamuh

4.4 Menghafal hadis tentang sikap tasamuh

Bab VI

KI 1, 2, 3, dan 4

1.2  Meyakini pentingnya sikap optimis dan istiqomah dalam berdakwah

2.2 Memiliki sikap optimis dan istiqomah dalam berdakwah sesuai isi kandungan QS Al-Lahab dan QS An-Nasr dalam kehidupan sehari-hari

3.2 Memahami isi kandungan QS Al-Lahab dan An-Nasr tentang problematika dakwah

 

b.      Kelas VIII MTs

1)      Penerapan hukum tajwid

2)      Ketentuan rezeki dari Allah SWT

3)      Kepedulian sosial

4)      Tolong menolong dan mencintai anak yatim

5)      Menimbun harta sedekah.

6)      Keseimbangan hidup di dunia dan akhirat[8]

c.       Kelas IX MTs

1)      Hukum  Mad  Silah, Mad  Lazim  Mukhafaf  Kilmi, Mad  Lazim Mutsaqal Kilmi, dan Mad Farqi

2)      Membaca Alquran surat pendek pilihan

3)      Hukum fenomena alam

4)      Menjaga dan melestarikan lingkungan alam

5)      Menghargai waktu dan menuntut ilmu[9]

2.      Kurikulum Alquran Hadis Jenjang MA

Proses pembelajaran Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah mengacu pada Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan dan Permenag Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013, sehingga implementasi pembelajarannya menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:

a.       Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu

b.      Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar

c.       Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah

d.      Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi

e.       Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu

f.       Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi

g.      Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif

h.      Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills)

i.        Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat

j.        Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)

k.      Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat

l.        Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas

m.    Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

n.      Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.[10]

Berdasarkan  ruang  lingkup  materi  pelajaran   Alquran Hadis Madrasah  Aliyah  kelas  X, XI, XII sebagaimana  dipetakan  dalam kompetensi dasar meliputi:

a.       Kelas X MA

1)      Alquran kitabku

2)      Betapa otentiknya kitabku

3)      Tujuan dan fungsi kitabku

4)      Pokok-pokok isi kitabku

5)      Manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi

6)      Memahami hadis, sunnah, khabar, dan atsar

7)      Memahami unsur-unsur hadis

8)      Betapa bermacam-macamnya sunah nabiku

9)      Memahami Hadis dari segi kuantitas dan kualitas

10)  Indahnya ikhlas dalam beribadah

b.      Kelas XI MA

1)      Hidup berkah dengan menghormati dan mematuhi orang tua dan guru

2)      Hidup lebih damai dengan mujahadatun nafs, husnuz-zann, dan ukhuwah

3)      Hidup jadi tenang dengan menghindari pergaulan bebas dan perbuatan keji

4)      Hidup menjadi lebih mudah dengan ilmu pengetahuan

5)      Betapa besarnya tanggung jawabku terhadap keluarga dan masyarakat

6)      Betapa semangatnya aku berkompetisi dalam kebaikan

7)      Betapa giatnya aku bekerja

8)      Hidup lebih sehat dengan makanan yang halal dan baik

9)      Betapa syukurku kepada-Mu

c.       Kelas XII MA

1)      Membudayakan hidup sederhana dan menyantuni dhuafa

2)      Menghadapi cobaan dengan senyuman

3)      Menjaga kelestarian alam

4)      Islam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

5)      Membangun budaya kritis melalui dakwah

6)      Menggembirakan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar

7)      Semua bisa diselesaikan dengan musyawarah

8)      Hidup tenteram karena jujur dan adil

Alquran Hadis sebagai kurikulum mata pelajaran pada Madrasah Aliyah merupakan acuan formal pendidik dan peserta didik dalam menciptakan pengalaman belajar di kelas (in class) atau di luar kelas (out class) yang berisi berbagai Kompetensi Dasar (KD) untuk mencapai Kompetensi Inti (KI) dalam rangka mewujudkan Kompetensi Lulusan (KL) pada jenjang Madrasah Aliyah melalui Alquran Hadis. Kompetensi Dasar mata pelajaran Alquran Hadis merupakan muatan pembelajaran yang berisi tentang konsep-konsep terpadu Alquran Hadis yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai sumber kompetensi awal peserta didik yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan gambaran kualitas berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman belajar sebagai refleksi kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran termasuk di dalamnya Alquran Hadis.[11]

Di samping itu kurikulum Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah juga dibangun pada landasan yang berkhas Islam, yaitu nilai-nilai yang bersumber dari keagungan sumber ajaran Islam Alquran Hadis. Nilai-nilai yang dimaksud mencakup nilai iman,Islam, dan ihsan. Dengan demikian, Alquran Hadis sebagai mata pelajaran merupakan suatu disiplin ilmu yang bernuansa theoantrophocentris, dimana Alquran Hadis tidak hanya mengarahkan pengalaman belajar peserta didik kepada sesuatu yang bernilai materialis-sosialis, juga mendekatkan kepada sesuatu yang bernilai transendental. Dalam perwujudannya diperlukan suatu pendekatan yang dapat menciptakan suatu pengalaman belajar yang transformatif yakni mengarahkan peserta didik kepada perubahan sikap, pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif).[12]

Pendekatan seperti itu mendorong pembelajaran berdasarkan realitas dengan melakukan rekonstruksi sosial sesuai dengan pengalaman peserta didik. Hubungan pendidik dan peserta didik lebih menekankan kepada sharing pathner dengan membawa banyak informasi pengalaman langsung pendidik dan peserta didik ke dalam pembelajaran, yang kemudian dihubungkan dengan teks keilmuan yang terkait dengan tema pembelajaran tersebut. Dalam hal ini pembelajaran mempunyai pola contex to text  baru kemudian text to contex.[13]

Dalam Alquran sendiri, Allah sebagai pendidik pertama manusia mengajarkan manusia agar senantiasa melihat realitas kehidupan, baik yang bersifat kealaman atau pun sosial. bersifat lampau seperti pembelajaran fakta sejarah umat terdahulu atau pun kekinian yang berkaitan dengan dinamika perubahan alam dan sosial. Dalam konteksnya, Allah menstimuli dan mendorong manusia untuk melakukan pembelajaran berbasis realitas seperti itu dengan kalimat afala yandzhurun, afala yatadabbarun, dan konsonan-konsonan lain yang memiliki makna sebangun dengannya. Dengan  demikian  secara  teoretis,  konstruksi  implementasi  kurikulum Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah semestinya didasarkan pada pengalaman peserta didik yang bersifat kontekstual-realistik.

Sedangkan secara yuridis kurikulum mata pelajaran Alquran Hadis mengacu pada landasan yuridis kurikulum 2013 sebagai berikut:

a.       Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301).

b.      Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410).

c.       Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

d.      Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

e.       Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

f.       Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

g.      Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

h.      Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Sekolah /Madrasah.

i.        Peraturan Menteri Agama Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013.

Dokumen kurikulum berisi tentang komponen-komponen kurikulum yang merupakan dasar utama dalam mengembangkan sistem pembelajaran. Komponen kurikulum yang berkaitan dengan pengembangan mata pelajaran mengacu pada tujuan utama pendidikan. Bahkan, tujuan pendidikan pun dapat dikatakan sebagai bagian dari kurikulum apabila dilihat secara general bahwa kurikulum merupakan filosofi pendidikan yang sesungguhnya. Hal ini karena di dalamnya termuat tujuan pendidikan, mata pelajaran, silabus, metode belajar mengajar, evaluasi, penelitian, serta pengembangan program keilmuan. Setiap komponen harus saling berkaitan satu dan lainya sehingga dapat mencapai tujuan pokok pendidikan.[14]

Hasil kurikulum mata pelajaran Alquran Hadis tercermin pada output dan outcome yang melekat pada peserta didik. Output Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah dapat berupa:

a.       Sikap patuh terhadap ketentuan Allah swt. disertai dengan penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam yang bersumber dari Alquran Hadits yang tercitra dalam perkataan, sikap, dan perbuatan peserta didik Madrasah Aliyah dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat

b.      Pemahaman yang utuh tentang pengetahuan Alquran Hadis (faktual, konseptual, prosedural, metakognitif) yang berguna untuk membimbing peserta didik dalam menghadapi problema kehidupan

c.       Keterampilan membaca dan memaknai tanda-tanda kebesaran Allah yang tertuang dalam Alquran dan Hadis maupun yang terdapat pada lingkungan alamiah dan sosial.

Ketiga output ini merupakan refleksi kompetensi-kompetensi dasar yang dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran mata pelajaran Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah. Adapun outcome kurikulum mata pelajaran Alquran Hadis pada Madrasah Aliyah dapat berupa serangkaian efek positif (instructional and nurturant effect) yang dihasilkan dari output-output yang mempunyai kekhasan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dimana peserta didik dapat memberikan kontribusinya.

Contoh kongkritnya adalah suatu yang berkaitan dengan salah satu tema pembelajaran Alquran Hadis kelas XII semester ganjil tentang pola hidup sederhana dan menyantuni dhuafa. Outcome yang mungkin saja dapat dihasilkan dari pengalaman belajar tema ini adalah peserta didik dapat termotivasi dan terbiasa hidup hemat. Selain itu dia dapat lebih peduli terhadap situasi sosial-ekonomi lingkungan sekitarnya, dengan cara menggagas berdirinya “bank sampah.” Modal awalnya bersumber dari tabungan pribadi miliknya yang dikumpulkan dari proses penghematan uang jajan. Bank sampah yang didirikannya memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan di masyarakat sekitar, yakni meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.

Output dan outcome merupakan sebuah keniscayaan dalam setiap proses pembelajaran. Keduanya tidak serta-merta ada, melainkan muncul dari alur pembelajaran dan pengalaman belajar peserta didik selama kegiatan tersebut berlangsung. Dalam pembelajaran kontekstual output dan outcome selalu ditinjau secara berkala dan berkelanjutan oleh pendidik melalui penilaian autentik (authentic assessment).[15] Dalam konteks kurikulum 2013, penilaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Alquran Hadis di Madrasah Aliyah mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.[16]

  1. Perbedaan Kurikulum

Dari penjelasan rumusan kedua diatas, maka penulis dapat menyimpulkan perbedaan kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA, sebagai berikut:

1.      Pada kurikulum Alquran Hadis jenjang Madrasah Tsanawiyah, siswa lebih diajarkan tentang tajwid, membaca, dan menulis Alquran Hadis.

2.      Sedangkan pada urikulum Madrasah Aliyah, siswa lebih diajarkan untuk memahami makna dalam Alquran Hadis serta memaknai dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Pengembangan Kurikulum MTs dan MA

1.      Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Pada dasarnya kurikulum Alquran Hadis ini masih terkait dengan standar isi dalam Permendiknas Nomor 22. Penyusunan kurikulum Alquran Hadis ini dengan memperhatikan hal-hal berikut ini :

a.    Kurikulum Alquran Hadis yang tertuang dalam Permen 22 pada jenjang sebelumnya (SD/MI)

b.    Kebutuhan siswa pada usia MTs yang pada dasarnya mulai dikenakan hukum sebagai mukallaf (diwajibkan menunaikan ibadah mahdzah terlebih sholat)

Kurikulum Alquran Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan kurikulum Alquran Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca Alquran Hadis, pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

a.         Tujuan

Adapun tujuan dari mata pelajaran Alquran Hadis adalah:

1)      Meningkatkan kecintaan siswa terhadap Quran dan Hadis

2)      Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Quran dan Hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan

3)      Meningkatkan kekhusyukkan siswa dalam beribadah terlebih sholat, dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca.

b.        Ruang Lingkup

1)      Membaca/menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid

2)      Menterjemahkan makna (tafsiean) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan hadis dalam memperkaya khazanah intelektual.

3)      Menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

c.         Standar Kompetensi Lulusan

1)      Memahami dan mencintai Alquran dan Al-Hadis sebagai pedoman hidup umat Islam

2)      Meningkatkan pemahaman Alquran Al-Fatihah dan surat pendek pilihan melalui upaya menerapkan cara membacanya, menangkap maknanya, memahami isinya, dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan

3)      Menghafal dan memahami makna hadis-hadis yang terkait dengan tema isi kandungan surat atau ayat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

2.      Madrasah Aliyah (MA)

Madrasah Aliyah  yang  selanjutnya disingkat  MA  adalah satuan  pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan  umum  dengan kekhasan agama  Islam pada  jenjang  menengah, sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama, MTs, atau  bentuk lain yang sederajat, diakui sama  atau  setara  Sekolah  Menengah  Pertama  atau  MTs  (Draf  Permenag  Nomor  90  Tahun 2013). Kurikulum MA terdiri dari: 1) muatan umum yang terdiri dari pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika,  ilmu  pengetahuan alam,  ilmu  pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan rohani, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal; 2) muatan peminatan akademik yang terdiri dari matematika  dan  ilmu  pengetahuan alam, matematika dan ilmu  pengetahuan  sosial,  bahasa  dan budaya,  dan keagamaan;  3) muatan  pendalaman  lintas minat  atau  pendalaman  minat yang  ditetapkan  oleh Direktur Jenderal.   Mata pelajaran  agama yang diselenggarakan di MA  dikembangkan  menjadi empat rumpun, yaitu qur’an hadits,  akidah akhlak, fikih, dan sejarah kebudayaan Islam (Draf Permenag Nomor 90 Tahun 2013).[17]

  1. Problematika Kurikulum

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, problematika  diartikan  sama  dengan permasalahan, yang berasal dari Bahasa Inggris “Problem” yaitu something that’s difficult to deal with or understand. Maksudnya problem adalah suatu perkara yang membutuhkan pemikiran untuk menentukan penyelesaianya. Sedangkan, problematika merupakan kata sifat  dari  problem  yang  berarti  masalah  yang  merupakan  sebuah persoalan.[18]

1.      Hambatan yang bersifat linguistik

a.       Problem Membaca

Belajar  membaca  artinya  belajar  mengucapkan  lambang-lambang  bunyi tertulis   baik   dari   Alquran  dan  hadis.  Walaupun  kegiatan  ini  nampaknya sederhana,  tetapi  bagi  siswa  pemula  mungkin  merupakan  kegiatan  yang  cukup kompleks,  karena  harus  melibatkan  berbagai  hal  yaitu  pendengaran,  penglihatan, pengucapan disamping akal pikiran. Kedua hal terakhir ini bekerja secara mekanik dan simultan untuk melahirkan prilaku membaca. Ditambah lagi materi yang dibaca adalah   rangkaian   kata-kata   Arab   yang   banyak   berbeda   sistem   bunyi   dan penulisanya dengan yang mereka kenal dengan bahasa ibu dan bahasa Indonesia.[19]

b.      Problem Menulis

Belajar menulis huruf Latin dengan huruf Arab jelas berbeda, suku kata dan fonetiknya berbeda pula. Kesulitan yang sering dialami adalah menulis jika menulis Latin   diawali   dari   kiri   sedang   menulis   Arab   dimulai   dari   sebelah   kanan, mengabungkan  huruf  yang  satu  dengan  yang  lainya  dalam  kalimat,  serta  dalam memberi harakat. Adapun detailnya adalah sebagai berikut:

1)      Menulis lebih sulit dari pada membaca dan menghafal.

2)      Menulis membutuhkan konsentrasi antara tangan, ingatan dan penglihatan.

c.       Problem Menghafal Alquran dan Hadis

Problem menghafal Alquran Hadis boleh sebagai langkah awal untuk memahami kandungan Alquran Hadis. Hal ini tidaklah terlepas dari berbagai macam problem. Adapun problem yang  dihadapi para penghafal Alquran itu secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

1)      Menghafal itu susah.

2)      Ayat-ayat yang sudah hafal lupa lagi.

3)      Banyaknya ayat-ayat yang serupa.

4)      Gangguan kejiwaan.

5)      Gangguan lingkungan.

6)      Banyaknya kesibukan dan lain-lain.[20]

d.      Problem Menterjemah

Penerjemah harus  menguasai bahasa  sumber secara  integral dan bidang kebahasaan dari bahasa yang   diterjemahkan yaitu   dia harus   menguasai gramatikanya. Dalam bahasa Alquran Hadis sering  dijumpai  problematika tentang perbendaharaan kata, karena  dalam Alquran dan Hadis banyak arti sehingga  sulit untuk menentukan  kata yang  sesuai dengan konteks kalimatnya, menyusun subyek, predikat, dan obyeknya. Hal itu dikarenakan dalam Alquran Hadis susunan ayat berbeda dengan bahasa Indonesia.

e.       Problem Memahami

Dalam Alquran dan Hadis untuk memahami dan memperoleh pengertian yang jelas tentang arti dan nilai-nilai yang terkandung di dalam Alquran Hadis  perlu  mempekerjakan akal. Cara mempekerjakan akal adalah sangat dianjurkan, terutama jika membaca Alquran dan Hadis hendaknya menggunakan pikiran,  lalu  berusaha  berbuat  menurut  petunjuknya sehingga  mencapai  tujuan. Petunjuk illahi bagaimana cara berpikir yang baik sehingga dapat memahami dan menafsirkan Alquran Hadis secara benar.[21]

2.      Hambatan yang bersifat non Linguistik

Adapun  sebab-sebab  kesulitan  belajar  Alquran Hadis yang bersifat non linguistik dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

a.       Sebab-sebab endogen (dari dalam diri anak), diantara sebab-sebab ini adalah:

1)      Sebab-sebab yang bersifat biologis yaitu yang berhubungan dengan jasmaniah.

2)      Sebab-sebab  yang  bersifat  psikologis,  yaitu  sebab  yang  berhubungan  dengan kejiwaan anak.

b.      Sebab-sebab  eksogen  (dari  luar  diri  anak),  diantaranya  sebab-sebab  ini  terbagi menjadi tiga macam yaitu :

1)      Faktor sekolah.

2)      Faktor keluarga.

3)      Faktor masyarakat.[22]

  1. Solusi Problematika pada Kurikulum Alquran Hadis Jenjang MTs dan MA

Kesulitan  belajar  termasuk  salah  satu  faktor  penghalang  yang bukan  merupakan  kesalahan  anak.  Dengan  demikian,  kita  tidak  bisa menghukum  anak  karena  sulit  menghafal  dengan  alasan  yang  di  luar kemampuannya. Untuk    bisa mendeteksi    adanya    kesulitan-kesulitan    belajar, kemungkinan  besar  baru  bisa  dilakukan  setelah  anak  memasuki  usia sekolah,  yaitu  dengan  penanda  nilai  yang  di  bawah  rata-rata  teman-temannya  yang  sama,  dari  sisi  usia,  status  sosial,  kondisi  ekonomi,  dan kesehatan.  Dalam  kasus  ini,  anak  tersebut  terlihat  terbelakang  dalam  hal kemampuan belajar, seperti membaca, menulis, atau berhitung.[23]

Akan tetapi, sebelum pilihan langkah tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk mempunyai strategi tersendiri agar proses pembelajaran terlaksana  dengan  baik.  Kata  strategi  sendiri  berasal  dari  kata strategosyang berarti jendral atau berarti perwira negara.[24] Selain itu seorang  guru terlebih dahulu  melakukan  beberapa  langkah  penting  seperti:  pertama, menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian masalah-masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian  yang benar tentang kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasikan dan  menentukan  bidang  kecakapan  tertentu  yang  memerlukan  perbaikan. Adakalanya  bidang  kecakapan  bidang  bermasalah  yang  dapat  ditangani oleh guru sendiri, adakalanya ditangani dengan bantuan orang tua. Ketiga, menyusun  program  perbaikan, khususnya  program  remedial  teaching. Setelah ketiga langkah itu dilaksanakan, baru dilakukan langkah keempat, yaitu melaksanakan program perbaikan.[25]

Oleh   karena   kesulitan   belajar   siswa   biasanya   terkait   dengan banyak  faktor,  maka  alternatif  solusinya  pun  biasanya  akan  melibatkan banyak  komponen,  artinya  komponen  guru  saja  belum memungkinkan untuk  memberikan  solusi  secara  tuntas.  Oleh  karena  itu  sangat  bijaksana sekali apabila  guru  termasuk  guru  agama  atau  guru-guru  pendidikan agama  Islam,  dalam  memberikan  solusi  terhadap  kesulitan  belajar  siswa selalu  berkoordinasi  dengan  pihak  terkait.  Guru  agama  amat  dianjurkan merintis  kerja  sama  ini  dengan  berkonsultasi  terlebih  dahulu  kepada kepala  sekolah.  Mungkin  langkah  pertama  adalah  rapat  orang  tua  siswa dengan  guru  agamadan dihadiri  oleh  kepala  sekolah.[26] Guru  termasuk guru  pendidikan agama  Islam  terlebih  dahulu  melihat  jenis  kesulitan belajar siswa, lalu menentukan pihak mana yang mungkin bisa dilibatkan, baru mengambil langkah penyelesaiannya.

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Kurikulum Alquran Hadis adalah seperangkat rencana dan tujuan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan pedoman penyelenggaraan dalam kegiatan pembelajaran Alquran Hadis untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum Alquran Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan kurikulum Alquran Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca Alquran Hadis, pemahaman surat-surat pendek dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Secara substansial, silabus MTs mata pelajaran Alquran Hadis memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Alquran Hadis sebagai kurikulum mata pelajaran pada Madrasah Aliyah merupakan acuan formal pendidik dan peserta didik dalam menciptakan pengalaman belajar di kelas (in class) atau di luar kelas (out class) yang berisi berbagai Kompetensi Dasar (KD) untuk mencapai Kompetensi Inti (KI) dalam rangka mewujudkan Kompetensi Lulusan (KL) pada jenjang Madrasah Aliyah melalui Alquran Hadis. Kompetensi Dasar mata pelajaran Alquran Hadis merupakan muatan pembelajaran yang berisi tentang konsep-konsep terpadu Alquran Hadis yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai sumber kompetensi awal peserta didik yang harus dikuasai untuk mencapai kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan gambaran kualitas berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman belajar sebagai refleksi kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran termasuk di dalamnya Alquran Hadis.

Dari penjelasan rumusan kedua diatas, maka penulis dapat menyimpulkan perbedaan kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA, adalah pada kurikulum Alquran Hadis jenjang Madrasah Tsanawiyah, siswa lebih diajarkan tentang tajwid, membaca, dan menulis Alquran Hadis; sedangkan pada urikulum Madrasah Aliyah, siswa lebih diajarkan untuk memahami makna dalam Alquran Hadis serta memaknai dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Problematika kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA antara lain adalah hambatan yang bersifat linguistik yang meliputi problem membaca, problem menulis, problem menghafal Alquran dan Hadis, problem menterjemah, problem memahami; sedangkan hambatan yang bersifat non Linguistik antara lain sebab-sebab endogen (dari dalam diri anak), sebab-sebab  eksogen  (dari  luar  diri  anak).

Solusi dari problematika kurikulum Alquran Hadis jenjang MTs dan MA adalah pertama, menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian masalah-masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian  yang benar tentang kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Kedua, mengidentifikasikan dan  menentukan  bidang  kecakapan  tertentu  yang  memerlukan  perbaikan. Adakalanya  bidang  kecakapan  bidang  bermasalah  yang  dapat  ditangani oleh guru sendiri, adakalanya ditangani dengan bantuan orang tua. Ketiga, menyusun  program  perbaikan, khususnya  program  remedial  teaching. Setelah ketiga langkah itu dilaksanakan, baru dilakukan langkah keempat, yaitu melaksanakan program perbaikan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hafidz, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta. Bumi Aksara. 1994.

Agus, Faridl Miftah dan Syihabuddin. Al-Quran Sumber Hukum Islam yang Pertama. Bandung. Pustaka. 1989.

Azizah, Muftiatun. Kurikulum Pembelajaran Al Quran Dan Al Hadis Di Sekolah. Metro. Institut Agama Islam Negri Metro. 2011.

Darsono dan Ibrahim. Pemahaman Alquran dan Hadis 1. Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2017.

Enoh, Mochamad. Pelajaran Geografi Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Ilmu Pendidikan. 10 (1). 2016.

Enoh, Mochamad. Pendekatan Pembelajaran Pengetahuan Sosial dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Ilmu Pendidikan. 4 (1). 2016.

Fakih, Mansur. Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis. Yogyakarta. Read Books. 2001.

Mahmud. Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Bandung. CV Pusaka Setia. 2012.

Mohammad  Abul Hafidz, Buku Paket Al-Qur’an Hadis Kelas VII, VIII,IX, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014), 68.

Mufarokah, Anissatul. Strategi dan Model-Model Pembelajaran. Tulungagung. STAIN Tulungagung Press. 2013.

Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Desain Pembelajaran: Intructional Design Principles. Jakarta. Kencana. 2009.

Reality, Tim. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya. Reality Publisher. 2008.

RI, Depag. Metode-Metode Membaca Al-Qur’an Di Sekolah Umum. Jakarta. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1997.

RI, Kementerian Agama. Permenag Nomor 912 Tahun 2013.

RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses.

RI, Kementerian Agama. Permenag Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013.

Riyadh, Sa’ad. Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur’an. Solo. Aqwam. 2009.

Sanjaya, Wina Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Kencana. 2011.

Slameto. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. PT. Rineka Cipta. 1995.

Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2007.

Tangerang, Mapenda Depag Kabupaten. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, Tentang Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah. Jakarta. Laksana Mandiri Putra. 2009.

Umar. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta. Deepublish. 2016.

Yasir, Ali. Metode Tafsir Alqur’an Praktis. Yogyakarta. Yayasan PIRL. 2018.

 

 



[1] Mochamad Enoh, Pendekatan Pembelajaran Pengetahuan Sosial Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 12, No. 1, 2016, 3.

[2] Muftiatun Azizah, Kurikulum Pembelajaran Al Quran Dan Al Hadis Di Sekolah, (Metro: Institut Agama Islam Negri Metro, 2011), 4.

[3] Faridl Miftah dan Syihabuddin Agus, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, (Bandung: Pustaka, 1989), 4.

[4] Faridl Miftah dan Syihabuddin Agus, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, (Bandung: Pustaka, 1989), 1-2.

[5] Mochamad Enoh, Pelajaran Geografi Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 10, No. 1, 2016, 23.

[6] Mapenda Depag Kabupaten Tangerang, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, Tentang Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Laksana Mandiri Putra, 2009), 89.

[7] Ibrahim dan Darsono, Pemahaman Alquran dan Hadis 1, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2017),  4-99.

[8] Ibrahim dan Darsono, Pemahaman Alquran dan Hadis 2, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2019),  5-110.

[9] Mohammad  Abul Hafidz, Buku Paket Al-Qur’an Hadis Kelas VII, VIII,IX, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Madrasah, 2014), 68.

[10] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, “Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses”, 1-2.

[11] Kementerian Agama RI, “Permenag Nomor 912 Tahun 2013”,  33.

[12] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran: Intructional Design Principles, (Jakarta: Kencana, 2009),  83-91.

[13] Mansur Fakih, Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis, (Yogyakarta: Read Books, 2001), 61-62.

[14] Mahmud, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: CV Pusaka Setia, 2012), 41-43.

[15] Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011), 122-123.

[16] Kementerian Agama RI, “Permenag Nomor 912 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013”,  305.

[17] Umar, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), 141-143.

[18] Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher, 2008), 600.

[19] Depag RI, Metode-Metode Membaca Al-Qur’an Di Sekolah Umum, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1997),  24.

[20] Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),  41.

[21] Ali Yasir, Metode Tafsir Alqur’an Praktis, (Yogyakarta: Yayasan PIRL, 2018), 53.

[22] Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), 60.

[23] Sa’ad Riyadh, Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur’an, (Solo: Aqwam, 2009),  30.

[24] Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2013), 29.

[25] Anissatul Mufarokah, Strategi dan Model-Model Pembelajaran, (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press. 2013), 31.

[26] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 28.