SIFAT-SIFAT ALLAH DAN PERBUATAN ALLAH

 

Disusun Oleh :

Risma Ulfa Riyani

Niswatin Nada                       

Mohamad Yahya       

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Akidah bagi setiap muslim merupakan salah satu aspek ajaran Islam yang wajib diyakini. Dalam Alquran, akidah disebut dengan iman (percaya) yang sering dhubungkan dengan amal (perbuatan baik). Tampaknya kedua unsur ini menggambarkan suatu integritas dalam ajaran Islam. Segala sesuatu apa pun bentuknya yang merupakan perbuatan Allah seperti mencipta, memberi rizki, memerintah dan melarang, memberi adzab dan memberi nikmat, adalah suatu ketetapan bagi Allah yang bahkan tidak dapat di analisis oleh akal.

Di zaman sekarang ini, upaya orang tua muslim untuk mengenalkan anak mereka kepada Allah perlu dilakukan sejak dini. Mengenalkan tentang siapa Allah dapat dimulai dengan menjelaskan sifat-sifat dan perbuatan Allah. Cara mengenal Allah bukanlah dengan melihat-Nya seperti kita melihat sebuah benda. Karena Allah tidak dapat diraba oleh tangan dan tidak dapat dilihat oleh mata. Penglihatan kita tidak mungkin sanggup untuk melihat Allah Yang Maha Agung.

Cara terbaik untuk mengenal Allah adalah dengan mengetahui sifat-sifat dan perbuatannya. Dengan akal yang telah diberikan Allah, kita dapat mengenal-Nya melalui sifat-sifat dan perbuatan-Nya. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai sifat-sifat dan perbuatan Allah.

  1. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian sifat dan perbuatan Allah?

2.      Bagaimana sifat dan perbuatan Allah?

3.      Bagaimana implementasi sifat dan perbuatan Allah?

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sifat dan Perbuatan Allah

1.      Pengertian Sifat-sifat Allah

Adapun “Sifat” (sifah) adalah nama yang menunjukkan pada sebagian keadaan dari dzat.[1] Ibnu Faris mengatakan: “Sifat adalah al-Amarah (tanda-tanda) yang lazim untuk sesuatu”. Ia juga mengatakan: “Sifat (na’t) adalah penyebutan (penjelasan) mengenai sesuatu dengan kebaikan yang ada di dalamnya”.[2] Sifat-sifat Allah adalah keseluruhan sifat sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun dalam segala aspeknya

2.      Pengertian Perbuatan Allah

Semua aliran dalam suatu pemikiran kalam berpendapat bahwasannya Tuhan sebagai pencipta, melaksanakan kehendak-Nya, Tuhan pasti melakukan berbagai perbuatan.[3] Umat Islam meyakini bahwa alam ini adalah ciptaan Tuhan. Keyakinan ini merupakan suatu penjelmaan dari ketundukan manusia kepada Tuhan bahwa tiada pencipta selain Allah. Semua ini ada hanya karena Dia. Pernyataan ini menunjukkan bahwa Allah Maha Kuasa. Dia juga Maha Kuasa dalam berkehendak dan melaksanakan perbuatan manusia. Namun disisi lain, manusia juga mempunyai kehendak dan kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya sendiri.

Perbedaan tersebut menimbulkan pertentangan yang serius antara berbagai aliran kalam. Mazhab kalam Qadariyah, Mu’tazilah, dan Maturidiyyah Samarkand berpendapat bahwa manusialah yang berkehendak dan mewujudkan segala perbuatannya. Sebaliknya, mazhab kalam Jabariyah dan Asy’ariyyah berkeyakinan bahwa Tuhanlah yang berkemampuan dalam berbuat dan menciptakan sesuatu, termasuk perbuatan manusia sendiri. Bagi Maturidi, perbuatan manusia diciptakan Tuhan. Tetapi, Maturidi membagi perbuatan manusia kepada dua bentuk, yaitu perbuatan yang diciptakan Tuhan dan perbuatan yang diciptakan manusia sendiri. Perbuatan Tuhan adalah dalam bentuk penciptaan daya-daya dalam diri manusia, sedangkan perbuatan manusia adalah pemakaian daya-daya yang diciptakan Tuhan itu.[4]

B.     Sifat dan Perbuatan Allah

1.      Sifat-sifat Allah

a.      Sifat Wajib Allah

Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada zat Allah SWT sebagai bentuk kesempurnaan bagi-Nya. Sifat-sifat wajib tersebut hanya ada pada zat Allah dan tidak ada satu pun yang menyamai dan menyerupai-Nya. Allah adalah khalik, zat yang menciptakan, yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Zat Allah tidak mungkin dibayangkan rupa, bentuk, ciri-ciri, dan mustahil untuk diteliti. Sifat-sifat Allah ini hanya dapat diyakini melalui keimanan dan akal sehat, berdasarkan petunjuk dari dalil-dalil yang bersumber pada Alquran dan hadis.

Sifat-sifat wajib bagi Allah berdasarkan jumhur ulama, ada sekitar 20 sifat. Adapun keduapuluh sifat itu adalah wujud (ada), qidam (terdahulu), baqa (kekal), mukhalafatuhu lil hawadi’si (berbeda dengan makhluk-Nya), qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri), wahdaniyah (Yang Maha Esa), qudrat (kuasa), iradat (berkehendak), ilmu (mengetahui), hayat (hidup), sama’ (mendengar), basar (melihat), kalam (berkata-kata atau berfirman), qadiran (maha kuasa), muridan (maha berkehendak), ‘aliman (maha mengetahui), hayan (maha hidup), sami’an (maha mendengar), basiran (maha melihat), mutakalliman (maha berfirman).

Sifat-sifat wajib bagi Allah di atas dibagi oleh para ulama tauhid menjadi empat bagian:

1)      Sifat nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat nafsiyah ini hanya satu, yaitu wujud.

2)      Sifat salbiyah, yaitu sifat-sifat yang meniadakan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat wajib bagi Allah. Sifat salbiyah ini adalah qidam, baqa, mukhalafatu lil hawadisi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyah.

3)      Sifat ma’ani, yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan perbuatan Allah. Sifat ma’ani adalah qudrat, iradat, hayat, sama’, basar, kalam.

b.      Sifat Mustahil Allah

Sifat mustahil bagi Allah adalah sifat yang tidak mungkin dan tidak pantas dimiliki oleh Allah SWT. Maksudnya, jika sifat-sifat tersebut ada pada zat Allah, maka akan melemahkan derajat ketuhanan-Nya dan hal itu tidak mungkin bagi Allah. Allah telah memiliki sifat yang wajib melekat pada-Nya. Adapula sifa-sifat yang mustahil dimiliki dan melekat pada-Nya.

Sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat wajib bagi Allah, maka jumlahnya pun akan sama dengan jumlah sifat wajib yaitu 20 seperti ‘adam (tidak ada), hudus (baru atau ada permulaan), fana (rusak atau binasa), mumasilah lil hawadis (serupa dengan makhluk), ihtiyajuhu li ghairihi (membutuhkan yang lain), ta’adud (berbilang atau lebih dari satu), ajzun (lemah), karahatun (terpaksa), jahlun (bodoh), mautun (mati), samamun (tuli), ‘umyun (buta), bukmun (bisu), ‘ajizan (maha lemah), mukrahan (maha terpaksa), jahilan (maha bodoh), mayitan (maha mati), asammu (maha tuli), a’ma (maha buta), abkamu (maha bisu).

c.       Sifat Jaiz Allah

Jaiz secara bahasa artinya boleh. Sifat jaiz adalah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada zat Allah. Karena itulah, tidak ada tuntutan apakah harus ada atau tidak ada. Dengan kata lain, sifat jaiz ini berarti Allah boleh berbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak berbuat sesuatu itu.

Maksud dari sesuatu yang mungkin terjadi adalah sesuatu yang boleh terjadi atau boleh juga tidak terjadi. Allah bebas berbuat sesuatu, menciptakan ataupun tidak menciptakan makhluk. Dengan bentuk seperti apapun dan jenis yang manapun. Tidak ada yang dapat memaksa ataupun melarang kehendak Allah. Banyak sekali ayat Alquran yang menyatakan bahwa Allah SWT berkehendak atas segala sesuatu.

Setiap yang jaiz itu boleh ada boleh juga tidak ada. Boleh terjadi boleh juga tidak terjadi. Allah berkuasa untuk menciptakan sesuatu atau tidak menciptakannya. Allah juga maha kuasa untuk mengadakan sesuatu ataupun meniadakannya. [5]

2.      Perbuatan Allah

a.       Mengetahui segala yang ada di alam raya ini adalah perbuatan Allah, ciptaan dan kreasi-Nya. Tidak ada pencipta selain Dia. Dia yang mewujudkan dan menciptakan makhluk, Dia pula yang menciptakan kemampuan dan aktivitas mereka. Maka semua perbuatan hamba adalah ciptaan dan makhluk-Nya yang berkaitan dengan kekuasaan-Nya.

b.      Sesungguhnya kemandirian Allah SWT dalam menciptakan gerakan-gerakan hamba adalah tidak berarti mengisolirnya dari kenyataan bahwa gerakan-gerakan tersebut “dikuasakan” kepada hamba dengan cara “berusaha” bahkan Allah SWT menciptakan “kekuasaan” (qudrat) dan yang dikuasakan, menciptakan usaha dan yang diusahakan secara keseluruhan.

c.       Bahwa perbuatan hamba, meskipun itu merupakan usaha yang dilakukan oleh hamba, namun itu tidak berarti keluar dari apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Tidak ada yang mampu menolak ketentuan-Nya, tidak ada yang berhak menuntut keputusan hukum-Nya, Dia berhak menyesatkan orang yang dikehendaki dan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki pula.

d.      Sesungguhnya ciptaan dan kreasi Allah SWT terhadap makluk-Nya hanyalah semata karena kemuliaan-Nya. Pemberian tugas kepada hamba hanya semata karena anugrah-Nya.

e.       Allah SWT berhak untuk berbuat apa saja terhadap hamba-Nya, maka Dia tidak wajib memperhatikan yang baik atau yang terbaik bagi hamba-Nya, sebab seperti yang telah disebutkan, tidak ada sesuatu yang wajib dilakukan oleh Allah. Bahkan tidak masuk akal kalau Dia dikenai kewajiban.

f.       Bahwa kewajiban untuk mengetahui Allah SWT dan menaati-Nya adalah wajib karena diwajibkan oleh Allah swt melalui syari’at-Nya bukan sekedar karena tuntutan akal.

g.      Allah mengutus para Nabi as bukanlah sesuatu yang mustahil. Kebutuhan ummat manusia kepada para Nabi adalah seperti kebutuhan mereka kepada para dokter. Akan tetapi kebenaran seorang dokter diuji melalui ekperimen-ekperimen, sementara kebenaran seorang Nabi dibuktikan melalui mukjizat.

h.      Allah SWT telah mengutus Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan bertugas menyalin syariat-syariat sebelumnya yaitu syariat yahudi, nasrani, dan shabai. Allah swt memperkuat kenabian Muhammad SAW dengan mukjizat yang jelas dan ayat-ayat yang terang.[6]

C.    Implementasi Sifat dan Perbuatan Allah

Keimanan adalah suatu keyakinan di dalam hati yang dituntut pembuktiannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, jika kita mengimani Allah melalui sifat-sifatnya, ada semacam tuntutan bagi kita untuk membuktikan keimanan itu dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan kita. Berikut ini sikap dan perilaku yang mesti ada dalam diri kita sebagai bukti keimanan kita:

  1. Jujur

Sikap jujur adalah sikap yang mesti dimiliki oleh setiap muslim. Dengan keyakinan bahwa Allah akan senantiasa memperhatikan gerak langkah kita, maka kita akan senantiasa menjauhkan diri dari kebiasaan berdusta, berbohong dan menipu diri sendiri dan orang lain.

  1. Bersyukur, Sabar, dan Rajin Beribadah

Sikap bersyukur dan bersabar adalah bentuk ibadah kita atas berbagai karunia yang Allah limpahkan. Salah satu bukti kita bersyukur adalah dengan konsisten melaksanakan ibadah kepada Allah, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial.

  1. Bersikap Amanah dan Bertanggung Jawab

Orang yang beriman kepada sifat-sifat Allah dengan baik dan benar akan muncul dan tumbuh sikap mental dan perilaku amanah dalam jiwanya. Sikap lain yang akan tumbuh adalah bertanggung jawab terhadap segala tugas dan kewajibannya. Sebagai hamba Allah, kita harus memiliki kesadaran akan kewajiban beribadah dan tanggung jawab untuk menunaikan segala kewajiban.

 

  1. Ikhlas

Orang yang mempunyai tingkat keimanan yang tertinggilah yang mampu menjaga agar hatinya tetap ikhlas. Rasulullah SAW memberi gelar muhsin kepada mereka yang mampu menjaga keikhlasan hatinya.

  1. Tidak sombong

Kita juga harus sadar bahwa semua itu bersifat sementara. Kita harus benar-benar sadar bahwa hanya Allah lah yang pantas sombong dengan segala kemahakuasaan-Nya.

  1. Sopan santun

Pengawasan Allah atas semua manusia akan menjadikan orang beriman memiliki sikap sopan santun. Sopan dalam berbuat, santun dalam bertutur kata.

  1. Berjiwa Besar dan Pemaaf

Berjiwa besar dan mampu memaafkan orang lain bukanlah perbuatan yang mudah. Setiap orang yang mengaku beriman dituntut untuk menghayati dan mengamalkan kepercayaan itu. Hal tersebut antara lain adalah untuk bisa memaafkan orang lain yang pernah berbuat salah kepada kita.

  1. Memiliki Rasa peduli terhadap Sesama dan Lingkungan

Kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan adalah salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah. Hal ini adalah suatu hal yang mendasar karena Allah akan melihat bagaimana pembuktian keimanan seseorang melalui sikapnya terhadap orang lain dan lingkungannya.[7]

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Sifat-sifat Allah adalah keseluruhan sifat sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun dalam segala aspeknya. Ada sifat wajib Allah, sifat mustahil Allah, sifat jaiz Allah.

Perbuatan Tuhan adalah dalam bentuk penciptaan daya-daya dalam diri manusia, sedangkan perbuatan manusia adalah pemakaian daya-daya yang diciptakan Tuhan itu, dan ada sepuluh macam perbuatan Allah.

Implementasi Sifat dan Perbuatan Allah yaitu kejujuran; bersyukur, sabar, dan rajin beribadah; bersikap amanah dan bertanggung jawab; ikhlas; tidak sombong; sopan santun; berjiwa besar dan pemaaf; memiliki rasa peduli terhadap sesama dan lingkungan

 

 

  

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jurjani, Ali bin Muhammad. 1405 H., at-Ta‘rifat, Bairut: Dar al-Kitab al-‘Arabi.

Al-Razi Ahmad bin Faris. Mu’jam Maqayis al-Lughah. Beirut. Dar al-Fikr. 1979.

 

Rosihon, Anwar. Ilmu Kalam. Bandung. CV Pustaka Setia. 2009

M, Afrizal. Ibn Rusyd 7 Perdebatan Utama dalam Teologi Islam. Jakarta. Erlangga, 2006.

Al-Ghazali, Abu Hamid. Tauhidullah Risalah Suci Hujjatul Islam. Surabaya. Risalah Gusti. 1998.

Yusmansyah, Taofik. Aqidah Akhlaq. Bandung. PT Grafindo Media Pratama. 2008.



                [1]Al-Jurjani, Ali bin Muhammad, 1405 H., at-Ta‘rifat, (Bairut: Dar al-Kitab al-‘Arabi), 133.

                [2]Al-Razi Ahmad bin Faris, Mu’jam Maqayis al-Lughah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979). 448.

                [3]Anwar Rosihon, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), 154.

[4] Afrizal M, Ibn Rusyd 7 Perdebatan Utama dalam Teologi Islam, (Jakarta: Erlangga, 2006), 48.

[5] Taofik Yusmansyah, Aqidah Akhlaq, (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2008), 24-40.

[6] Abu Hamid Al-Ghazali, Tauhidullah Risalah Suci Hujjatul Islam, ( Surabaya:  Risalah Gusti, 1998), 23.

[7] Taofik Yusmansyah, Aqidah Akhlaq, (Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2008),  41-43.